![]() |
Rumah Nek Rahsia di Pulo Loih, Gumpang, Pidie, Aceh. Gambar Di Ambil Pada Senin 20 April 2009.[Foto Adnan Kadir]. |
WAA – Senin 27/04/2009
DENMARK - Aktivis Word Acehnese Asociated (WAA) yang bermarkas di Denmark menyerahkan bantuan sedekah tahap pertama untuk Nek Rahsia dan anaknya Nyak Puleh di Gampong Polo Loih, Kecamatan Geumpang, Pidie sekitar 13.11 waktu Denmark Kamis (16/4) lalu kata Bendahara WAA. Bantuan yang diserahkan melalui Adnan Kadir di Aceh itu sebanyak 1.535 krone termasuk biaya pengiriman.
Adnan Kadir dan temannya yang berangkat dari Peureulak, Aceh timur pada Minggu (19/4) pukul 11.30 WIB menuju rumah Nek Rahsia di Gampong Polo Loih. Dalam perjalanan dari Beureunun menuju Kecamtan Geumpang, Adnan dihadapkan pada kondisi cuaca buruk. Hujan yang turun dengan derasnya dan ditambah lagi dengan buruknya jalan di Kecamatan Geumpang ke Gampong Polo Loih.
Adnan juga harus melewati sebuah titi gantung dan empat buah jembatan manual dengan jarak 8 km dari Kota Geumpang. Geografis gampong yang berada di pedalaman dengan kehidupan rata-rata di bawah paras kemiskinan (termarginalkan).
Tidak adanya peta petunjuk sebagai fasilitas umum yang dapat digunakan lebih menyulitkan perjalanan. Sehingga Adnan baru sampai di tempat tujuan pada Senin (20/4) sekitar pukul 19.30 WIB dengan jarak tempuh lebih kurang 301 km.
Saat sampai, Adnan langsung memberi asoe jaroe atau buah tangan kepada Nek Rahsia dan Nyak Puleh dalam bentuk harga barang sekitar Rp 89.000 serta uang kontan yang telah diamplopkan berjumlah Rp 2.031.000, jumlah keseluruhannya mencapai Rp 2.120.000 (dua juta seratus dua piluh ribu rupiah) yang diterima langsung oleh Nek Rahsia dan disaksikan oleh Ketua Dusun Gampong Polo Loih atas nama Geutjik Gampong Muhammad Yunus.
Menurut amatan Adnan, di tempat itu Nek Rasiah yang berumur 85 tahun memang hidupnya sangat memperihatikan. Apalagi di usianya yang sudah lanjut. Dia juga mengalami penyakit batuk yang berkepanjangan semenjak masih muda hingga sekarang serta dibelenggu oleh penyakit gatal-gatal, dan lain lagi dengan kondisi Anaknya Nyak Puleh yang sudah berusia di atas 30 tahun mengalami keterbelakangan semenjak dari lahir (cacat). Keduanya juga tidak memiliki Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) yang diluncurkan oleh Pemerintah Aceh.
Selama puluhan tahun mereka hidup dalam kegelapan, kesakitan, kemiskinan, dan juga tinggal dirumah tumpangan milik masyarakat gampong yang tidak dihuni lagi. Rumahnya termasuk pelataran dapur berukuran 2X4 meter persegi dengan beralaskan tikar di atas lantai papan.
Mereka sangat mengharapkan bantuan perawatan medikal secara rutin, bantuan biaya hidup, tempat tinggal yang layak, tempat tidur berupa tilam, dan lainnya. Walaupun selama ini mereka dirawat oleh Ibu Rubidat (anak dari saudara kandung Nek Rahsia). Namun beliau adalah seorang janda miskin beranak lima yang hidupnya juga melarat.
WAA juga sangat mengharapkan kepada pemerintah Aceh untuk betul-betul serius membantu masyarakat yang tertindas dan harus ada ketegasan dalam pengontrolan batuan apapun. Sehingga sampai kepada masyarakat yang berhak untuk mendapatkannya.
Padahal di Aceh sudah lama berlaku bantuan rumah untuk kaum duafha dan selama ini pun aparat pemerintah supersibuk dengan pembangunan. Apa yang mereka kerjakakan? Apakah mereka masih buta dalam melihat persoalan kehidupan masyarakat awam? Sehingga sampai hari ini orang seperti itu belum mendapatkan juga bantuan seperti layaknya orang lain. Allahualam bishawab.[Tarmizi Age]