Pengalaman Puasa Ramahan dan Idul Fitri 1430 H di Kuwait

Kuwait Grand Mosque in Kuwait City, 23/9/2009[Foto Musliadi Ismail/Waa]

WAA  – Rabu 23/09/2009, Catatan Musliadi Ismail

KUWAIT - Tepatnya tanggal 22 Agustus 2009 umat Islam di Timur Tengah termasuk Kuwait mulai melaksanakan ibadah puasa ramadhan 1430 H, puasa tahun ini masih berada dalam suasana musim panas (summer) dengan suhu diatas +45 ‘C di siang hari, dengan durasi puasa 14 jam sehari, suasana terik panas menyelimuti padang sahara, hujan yang sangat jarang menjadi ciri khas alam timur tengah.

Ada beberapa perbedaan tradisi dan kebiasaan puasa di Kuwait dengan adat ketimuran (melayu) khususnya Aceh antara lain ; tradisi meugang menjelang puasa dan hari raya di Aceh.

Iftar (buka puasa) bersama di semua masjid setiap hari secara gratis yang disponsori oleh lembaga agama dan donator di Kuwait, menghidupkan qiamul lail (shalat tengah malam) di masjid secara berjamaah di sepuluh terakhir ramadhan, mayoritas muslimin menghabiskan waktunya di masjid dengan shalat dan baca qurán, juga mengharapkan mendapatkan lailatul qadar dengan beritiqaf di masjid khususnya di sepuluh malam terakhir ramadhan.

Suasana lingkungan dan kehidupan  aktifitas masyarakat yang berbeda dengan hari-hari biasa yang tentunya restaurant tutup di siang hari, buka puasa bersama mingguan (tiap jumát) berikut shalat tarawih dan siraman rohani di Kementerian Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuwait yang di sponsori oleh KBRI dan Persatuan Masyarakat Indonesia di Kuwait dan Bahrain (Perkibar).

Acara buka puasa bersama di setiap masjid merupakan suatu nikmat besar dan tradisi yang sangat menyenangkan bagi orang yang puasa dengan santapan menu utama ; tamar (kurma), nasi briliyani ayam dan daging domba, roti kubus (penganan dari gandum), laban (susu permentasi), yoghout, salad (sayuran mentah) dan buah-buahan segar.

Dengan berakhirnya puasa ramadhan selama 29 hari, maka datanglah Idul Fitri tepatnya tanggal 20 September 2009 yang merupakan hari kemenangan besar dalam melawan hawa nafsu serta kembali kepada kesucian ibarat bayi baru lahir tanpa dosa (bagi orang puasa yang mendapatkan ampunan dan pahala dari Allah SWT, Amien).

Sambutan iringan takbir yang berkumandang selepas magrib di awal Syawal disertai pelaksanaan ibadah shalat Ied di pagi hari yang sejuk dengan suasana hati senang bercampur sedih, salaman dengan ucapan “Eid mubarak, Kul am wa antum  bikhair, Taqabbalallah minna wa minkum”, dan berjabat tangan serta rangkulan yang di iringi saling memaafkan seakan menjadi obat penenang dan pelipur lara.

Usai shalat Ied, tradisi kunjung mengunjung ke tempat teman dan open house di wisma duta KBRI dengan pajangan menu nusantara menjadi santapan jasmani yang tak terlupakan.

Suasana lebaran bagi expatriate (orang asing) memang sangat terasa haru dan sedih karena tidak bisa berkumpul dengan anggota keluarga dan saudara di kampung tanah kelahiran, suasana lenggang dan sepi di jalanan, kerinduan akan keluarga dan kampong halaman, semakin menambah asing tinggal di negeri orang, waktu terus berjalan dan berlalu hingga suatu saat akan dapat berkumpul dengan keluarga dan saudara di hari lebaran nanti, semoga!

Kamoe ateuh nan masyarakat Aceh di Kuwait mengucapkan “Ied Mubarak, Seulamat uroe raya Idul Fitri 1430 H, Minal aidil wal faizin, Mohon maaf lahee dan baten, Kul am wa antun bikhair, Taqabbalallah minna wa minkum”. [Musliadi Ismail /Aktivis Waa Berdomisili di Kuwait]
Previous Post Next Post