WAA - Rabu 02/02/2011, AWF Tetap Tolak Penjualan Pasir ke Singapura
LANGSA – Aceh Wetland Foundation kembali menyatakan sikap penolakan terkait rencana penjualan pasir dari hasil kerukan alur sungai Kuala Langsa oleh Pemerintah Aceh. Karena kepentingan ekonomis yang diperoleh tidak akan tergantikan dengan kerugian yang lebih besar di masa mendatang.
“Kami bukanlah kelompok yang anti terhadap pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Namun, jika upaya itu berpotensi merusak ekosistem hutan bakau, maka harus dicari solusi tepat untuk pembangunan yang ramah lingkungan,” kata Manajer Kampanye AWF, Khairun Nufus dalam acara malam refleksi wetland sedunia yang turut diprakarsai aktivis World Acehnese Assosiation yang dipusatkan di gedung Cakradonya, Kota Langsa, Selasa (1/2).
Nufus menambahkan, kampanye penolakan penjualan pasir itu juga sudah dilayangkan dalam bentuk surat sanggahan kepada Komisi Penilai Amdal dan PT Starminera Prima Abadi. “Sekali lagi kami tegaskan, jika sanggahan yang kami layangkan tidak menjadi acuan dalam pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, maka kami akan melanjutkan dengan aksi nyata untuk menolak kegiatan pengerukan,” tegas Nufus.
Kegiatan peringatan hari wetland sedunia ke-40 diperingati secara sederhana dengan menampilkan teather tentang pentingnya penyelamatan hutan dan lahan basah. “Selamatkan hutan, selamatkan generasi merupakan tema kami dalam mengkampanyekan penyelamatan hutan yang semakin kritis di Aceh,” kata dia.
Dikatakan, sebagai organisasi advokasi dan konservasi, AWF tetap akan bersama masyarakat untuk terus berjuang mendapatkan hak-hak pribumi dalam setiap kebijakan pembangunan yang bersih. “Kami tetap akan menjaga sikap independensi kami dalam setiap aksi kampanye yang kami lakukan. Sehingga, kampanye yang kami lakukan tidaklah diartikan untuk menyudutkan sesuatu pihak. Aksi kami dilandasi kepada hasil penelitian yang dilakukan secara intens,” kata Nufus.
Kepada Pemerintah Kota Langsa, Nufus berharap, agar lebih memprioritaskan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Pusong yang terisolir. “Karena mereka berada di garda depan sebagai saksi atas kahancuran alam yang semakin kritis,” demikian Nufus. (***)