WAA – Jum’at 04/12/15, jam menukjukan pukul 10:30 waktu kawasan kota
Aalborg. Beberapa Aktivis World Acehnese Association berkumpul untuk memperingati
hari perjuangan bangsa Aceh atau lazim disebut dengan Milad Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) yang tidak asing lagi di ingatan masyarakat Aceh umumnya.
Bagi aktivis WAA, acara
memperingati hari bersejarah ini sudah menjadi angenda tahunan dan program
andalan dalam memaknai nilai sejarah Aceh di luar negeri, seperti yang sudah
pernah di lakukan oleh sang proklamator almarhum Wali Neugara Aceh Tengku Hasan
Muhammad.
Di hari ulang tahun Gerakan Aceh
Merdeka yang ke 39 ini ( 04 Desember 1976 - 04 Desember 2015 ), kami sebagai
aktivis mengevalusi dan menganalisa kembali sejauh mana pengorbanan, keberanian
para pejuang serta para syuhada Aceh dulu dalam berkiprah demi memperjuangkan kepentingan
bangsa. Mereka para pahlawan yang ikhlas megorbankan tujuh prinsip dalam
memperjuangkan hak bangsa Aceh, yaitu dengan rela mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, harta, berpisah dengan kelurga yang sangat di cintai, darah
dan nyawa sekalipun.
Menurut kutipan analisa tersebut,
terlihat sekali bahwa begitu sangat mahal harga sejarah pejuangan GAM dalam
mengupaya mengangkatkan kembali marwah bangsa Aceh untuk merintih sebuah
neugara yang pernah berdaulat. Tidak sanggup dibayar dengan apapun melainkan
patut dikenang sepanjang masa walau dimanapun kita berada.
Dalam menghargai sejarah perjuangan
bangsa dan para syuhada, perlu di catat dan dilukiskan oleh regenerasi bangsa
tersebut dalam ingatan untuk mengambil tanggung jawab moral terhadap membangun
pondasi perjuangan yang belum selesai sesuai masa. Oleh sebab itu, aktivis WAA berkomitmen
pada setiap 4 December, mengadakan kegiatan khusus, berdoa, menghadirkan atau
mengibarkan bendera perjuangan Gerakan Aceh Merdeka pada acara Milad GAM sebagai
simbol nasionalisme ke Acehan.
Menurut hemat kami sebagai
aktivis persatuan masyarakat Aceh ban sigom Donja, menilik masih adanya kemunduran
dalam sesi memperingati hari sejarah Aceh. Dalam arti dengan mudah ada yang mengubah
atau mengulur waktu dengan alasan-alasan tertentu. Padahal itu sangat tidak
rasional, karena menurut kami siapa saja pejuang yang tidak memperingati hari
sejarah sesuai fakta, maka mereka termasuk orang-orang yang tega melakukan
pembodohan sejarah atau menunda kemerdekaan.
Kami mengingatkan semua pihak,
apalagi yang katanya masih komit dengan perjuangan seunambong endatu. Peringatilah
sejarah itu sesuai hari dan tanggal, begitu juga kepada wakil-wakil rakyat
Aceh. Kedepan harus mengupayakan dan menqanunkan hari-hari bersejarah sebagai
hari libur nasinoal di Aceh. Kalau sudah menjadi qanun yang sah, maka pemerintah
Aceh jangan segan-segan untuk mengumumkan kepada masyarakat sehingga masyarakat
Aceh secara umum tau hari-hari yang harus dikenangnya.
Team Koorditor WAA
Anwar
Omar