![]() |
brahim Bin Syamsyuddin kanan dan seorang Rakyat Aceh Denmark, Pada Senin 12 Januari 2009 di Malaysia [Foto Yani Zul/Waa] |
WAA – Jumat 17/04/2009
BANDA ACEH – Juru Bacara Komite Peralihan Aceh (KPA) Ibrahim KBS memohon dengan hormat kepada pengamat politik dan pengurus partai politik di Aceh dan nasional untuk tidak menyesali kepercayaan rakyat aceh yang diberikan kepada Partai Aceh.
Jangan sampai terjadi seperti orang miskin yang menyalahkan Allah karena dirinya miskin dan jika kaya beranggapan kerana kemampuan sendiri.
Sekarang ”Semua partai lokal sudah berada dalam lingkaran NKRI”, jadi buang praduga dan fitnah yang menghambat Aceh berpacu meningkatkan ekonomi. Di sisi lain, suara-suara yang diconteng pada nomor 39 membuktikan,warga masih yakin aspirasinya disalurkan melalui anngota legislatif tingkat kabupaten/kota & provinsi yang diusung oleh Partai Aceh, tukas Ibrahim KBS kepada jurnalis, Senin (13/4).
Ibrahim menjelaskan, sah-sah saja segelintir intelektual baik yang tinggal di Aceh atau berkoar-koar di Jakarta ragu kepada anggota dewan yang berasal dari Partai Aceh. Hal ini karena tukang kritik ini tidak membuka mata selebar-lebarnya. Ketika yang lain belum terpikir tentang partai politik lokal, kami GAM telah mengusungnya di Helsinki. Bahkan kini, tokoh Papua pun minta dibentuk partai politik, jelas KBS yang dari caleg (calen legislatif) kini menjadi anggota legislatif di Aceh utara.
KBS mengingatkan warga, membangun Aceh yang hancur karena konflik dan Tsunami tidak bisa dilakukan oleh satu pihak.
Karena itu, ratusan anggota legislatif dari Partai Aceh terus meningkatkan kemampuan di bidang perundangan dan berbagai aspek lain. Dirinya menyadari, tugas legislatif hasil pemilu 2009 semakin berat.
Selain mengawasi roda pemerintah Aceh, dewan juga terus memantau dan membenahi lanjutan dari rekontruksi dan reintegrasi. ” Partai Aceh tetap mengharapkan kritik konstruktif dari rakyat”.
Kami sadar, kritik dan dengan proses belajar yang berlanjutan, Aceh bisa berjaya sebagaimana yang diukir oleh endatu kita”. (Pribahasa Melayu Mengatakan) jangan menganggap dikail kita semuanya belut meskipun yang tertangkap adalah ular, tulis Ibrahim Bin Syamsyuddin kepada WAA. [Tarmizi Age]