Kisah Pasukan Aceh ke Paraguay

Pasukan Aceh ke Paraguay dalam sebuah bus dinas kantor Dispora Aceh pada 01/08/2008
sewaktu menuju Lapangan terbang Blang Bintang, Aceh.[Foto Nasruddin/Waa].

WAA- Minggu 31/05/2009, Catatan Nasruddin Ali, S.Pd Dari Paraguay

PARAGUAY - Pada suatu hari ketika itu Koran Harian Serambi Indonesia menuliskan bahwa akan ada seleksi pemain sepak bola usia 15 tahun untuk di kirim latihan ke negara Paraguay America latin.

Pada saat itu juga hati saya tergugah untuk ikut mendampingi anak-anak bangsa ikut ke America Latin, ketika itu saya belum tau anak-anak ini mau dititipnya di sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas) mana, yang saya tau hanya pasti di Banda Aceh dan atas nama Dinas Pemuda dan Olahraga.

Menjelang satu bulan dari berita Koran rupanya kantor Dispora pun membuka pendaftaran bagi atlit-atlit yang mau ikut seleksi dengan cara, pertama di batasin pada setiap daerah bisa mengirimkan hanya 3 atlit supaya bisa merata ke seluruh Kabupaten.
Untuk seleksi atlit-atlit yang akan ke Paraguay di percayakan langsung kepada pelatih Internasional yaitu Profesor Migel Angkle Arrowe dari Cileno bersama asisten nya Diego, saya Nasruddin Ali, S.Pd sebagai salah seorang yang juga termasuk di dalamnya sebagai panitia di lapangan Stadion Harapan Bangsa, sekaligus orang-orang dari kantor Dispora.

Ketika saya sudah tau anak-anak (Para atlit) di titipkan pada SMA negeri 9 Kota Banda Aceh tempat saya mengajar, saat itu juga hati saya bertambah yakin untuk ikut bersama atlit ke Paraguay, sekaligus untuk mencari ilmu dan pengalaman baru.

Rupanya dengan berkat dukungan Kepala sekolah, Dinas Pendelikon kota Banda Aceh, dan rekan-rekan semua, maka Dispora memberangkatkan kami berempat (4) untuk menjadi pendamping Atlit sepak bola usia 15 tahun latihan di Paraguay yaitu saya sendiri Nasruddin Ali,S.Pd, Samsuar,S.Pd, Mirza Afwadi,S.Pd, Mahda Lena,S.Pd, kesemuanya dari SMA negeri sembilan (9) Kota Banda Aceh.

Pada tanggal 09/08/2008 hari sabtu, ketika itu bandara international Blang Bintang, Aceh Besar penuh dengan tangisan dan cucuran air mata dari orang tua, isteri juga sanak saudara untuk melepaskan keberangkatan Tim Nas sepak Bola Aceh ke negeri yang penuh dengan minuman ramuan Terere dan gudangnya ilmu.

Pemain sepak bola, dengan menumpang pesawat Sriwijaya Air sampai ke Bandara Polonia Medan, di sana kami di tukar ke pesawat MAS (Malaysia Air Line) hingga ke bandara international Kuala Lumpur. Sewaktu kami di transit di Kuala Lumpur, kami harus menunggu berjam-jam yaitu dari pukul 16.00 sampai ke pukul 24.00 waktu Malaysia, untuk menggantikan pesawat yang berbadan lebar dan mempunyai dua (2) lantai yang juga pesawat MAS (Malaysia Air Line) untuk perjalanan dari Kuala Lumpur Ke Jhohanas Buort, Africa yang memakan masa kurang lebih delapan (8) jam perjalanan.

Setelah kami menuggu lebih kurang tiga (3) jam di banar udara Jhohanas Buort, Africa kami berangkat lagi ke Kepton masih dalam kawasan Africa. Di Kepton kami harus menunggu berjam-jam untuk kemudian pesawat yang kami tumpangi berangkat ke Buenos Aires, Argentina yang kurang lebih memakan masa 10 jam perjalanan bagi meninggalkan benua Africa menuju benua America.
Sesampai di Argentina dengan cuaca yang sangat dingin sekaligus harus menunggu transit dari pesawat MAS ke pesawat TAM adalah sesuatu yang cukup melelah kan. Selanjutnya pada pukul 20.00 baru kami berangkat dari Argentina menuju ke negara tujuan yaitu Paraguay selama tiga (3) jam bersama pesawat TAM.

Bersama kami waktu itu turut serta Kadispora Aceh yaitu Rayuan Sukma dan Ketua PSSI Aceh yaitu Zainuddin Hamid yang lebih di kenal dengan Let Bugeh. Kedua beliau turut mendampingi kami selama kurang lebih 30 jam, kalau di hitung mualai dari Banda Aceh sampai ke Paraguay.

Setelah kami tiba di Paraguay, pada jam 24.00 AM, kami langsung di jemput oleh Perwakilan Indonesia yang ada di negeri tersebut untuk di bawa ke penginapan yaitu di Hotel Comite Olimpico Luque Paraguay.

Kesemua kami yang berjumlah tiga puluh (30) oareang atlit, empat (4) orang Guru dan dua (2) orang yang mengantar yaitu Kadispora Aceh dan Ketua Komda PSSI Aceh tidak bisa berbahasa spanyol, tapi kami masih untung, kami punya dua orang dalam rombongan kami yang bisa berbahasa spanyol dan Indonesia, mereka adalah keduanya Asisten pelatih Migel Angkle Arrowe sekaligus sebagai tranduktor bahasa.

Saat sudah berada di Paraguay.
Susah – senang.
Pada bulan-bulan pertama semua kita senang berda di Paraguay, belum ada yang memikirkan terlalu merindui pada keluarga yang sudah di tinggalkan di kampong kelahirannya walaupun dengan suasana yang cukup dingin, yang mengharuskan kami memakai jaket berlapis karna belum pernah kami rasakan hal sedemikian rupa di Aceh, namun tekat dan semangat kami tetap teguh pada ke berhasilan anak-anak bangsa nanti di kemudian hari, hal ini juga yang telah mengalahkan segala-galanya.

Awal bulan Sebtember 2008, Ramadhan pun tiba, mulailah kita sedikit demi sedikit kesedihan terasa, antaranya karna kesemua kita adalah muslim yang harus melakukan (melaksanakan) rukun Islam yang ke tiga (3), sedangkan kami tinggal di Negara yang berpenduduk Kristiani. Untuk itu kami empat orang guru pendaping atlit mulailah berpikir, karena kelhatan anak-anak mulai lesu dan terus memikirkan boh rom-rom teulawok dengon ue (penganan Aceh yang di balut kelapa yang sudah di kukus) yang sering orang tuanya buat di setiap bulan ramadhan tiba, tetapi tekat bulat kami dan anak-rakan tetap pada satu prinsip keberhasilan, dan mereka juga melakukan latihan di malam hari sesudah shalat magrib dan habisnya sebelum salat tarawih tiba.

Tiga puluh hari kita berpuasa selesai, tibalah hari yang paling mulia yaitu hari Raya Aidil Fitri. Dikampung pada hari mulia ini akan dilaksanakan shalat hari raya berjamah, salam-salaman baik dengan orang tua dan sanak saudara juga rekan-rekan dan kerabat, namun pada hari itu kami harus mengeluarkan air mata sambil mengumandangkan Taqbir bersama. Sementara shalat hari raya kami laksanakan di dalam salah satu kamar hotel tempat kami tinggal yang sangat sederhana, orang tua, anak istri dan bermacam-macam tidak luput dari ingatan kami hari itu. [Tarmizi Age]
Previous Post Next Post