WAA – Senin 09/11/2009 Oleh: Tarmizi Age
PARAGUAY – Untuk mengetahui secara lebih detil apa yang terjadi terhadap anak bangsa Aceh di Paraguay World Achehnese Association (WAA) meminta Samsuar,S.Pd Manajer Timnas/Guru di Asuncion Paraguay Amerika latin untuk menulis kronologisnya.
Kronologis keberangkatan kami 30 orang atlit ditambah dengan 4 orang guru tanggal 9 Agustus 2008 dari Bandara Sultan Iskandar Muda sampai Asuncion, Paraguay, Amerika Latin.
Mengenai Visa (Izin Tinggal) kami pertama diurus cuma berlaku 3 (tiga) bulan sampai tanggal 10 November 2008 itu Cuma visa turis.
Dari tanggal ini tidak diurus lagi oleh oleh pihak Agen Nelson Leon Sanchez sampai tanggal 27 Agustus 2009, jadi kami mati visa sudah tinggal secara ilegal 8 (delapan) bulan karena tidak di urus, padahal kami sudah konfirmasi dengan pihak Agen PT Management Sanchez Gol dan Pemda Aceh sendiri, tetapi tidak dibuat juga dengan alasan “tidak masalah berada diparaguay semua bisa diatur disini teman” kata Nelson Leon Sanchez kepada kami. Pada saat itu semua pasport masih berada pada saya yang pegang sebagai Manajer Tim.
Setelah itu pada tanggal 13-06-2009 istri Sanchez Teti Citra Resmi Rahayu meminta semua pasport dengan alasan mau mengurus visa kami semua. Letih menunggu tetapi pasport tidak juga dikasih-kasih, kami tanyakan katanya lagi di urus.
Setelah itu pada tanggal 2-9-2009 dari pihak KBRI datang ke paraguay untuk mengecek langsung visa yaitu oleh Bapak Alamsyah Sekretaris Pertama Konsuler dari Kedutaan RI di Buenos Aires, Argentina.
Pada saat itulah terbukti 9 (sembilan) orang tidak dibuat visa cuma selembar surat keterangan dari pihak Imigrasi Paraguay, Pertama alasan Istri Sanchez (Bu Citra) dan kepala pelatih saat itu adalah Miguel Angel Arrue dari chili, mereka katakan bahwa sudah diurus visa semua, padahal tidak diurus.
Kemudian pada saat itu semua visa diserahkan ke pada saya karena disuruh oleh pihak Kedutaan, karena kami sebagai orang tua mereka di Paraguay, sedangkan 9 (sembilan) orang lagi belum ada visa yaitu: Agam Rahmatillah (No. Pasport : S 063027), Andri muliadi (No. Pasport : S 063123), Armiadi (No. Pasport : S 063070), Muhammad Lirival Andrea (No. Pasport : S 063029), Firdaus Ramadhan (No. Pasport : R 958969), Arief Hidayat (No. Pasport : S 063124), Imanda Putra (No. Pasport : S 063032), Zikrillah Tarmizi (No. Pasport : S 063043), Nendi Fadriansyah (No. Pasport : S 063181).
Sembilan orang ini yg tidak ada visa cuma kertas selembar surat keterangan yang dikeluarkan oleh pihak Imigrasi Paraguay, sedangkan kami yang 25 orang lagi baru dibuat visa pada tanggal 28 agustus 2009 dan berakhir tanggal 28 November 2009, dan itu cuma visa turis yang berlaku 3 bulan.
Berarti ada keanehan disini, masak kami yang sudah setahun disini visa Cuma turis, padahal kita disinikan dalam pelatihan dan pembinaan masak. Sementara yang visanya 8 bulan mati kebelakangan ini, itu kami tidak tahu bagaimana Agen mengurusnya, dan alasan mereka Istri Sanchez – Bu Citra dan pelatih kepala Miguel, bahwa mengenai sembilan orang ini masih dibawah umur tetapi yang heran kenapa yang lain bisa kenapa ini tidak, yang visanya sudah siap umurnya dibawah mereka yang sembilan orang visa nya tidak ada.
Jadi dengan alasan ini mereka berkilah pada pihak kedutaan dan malah kedutaan pada saat itu berniat baik akan membantu supaya tidak ada masalah dalam pengurusan membuat surat untuk Pemerintah Paraguay, agar 9 (Sembilan) orang ini segera di selesaikan pembuatan visa dan beliau sendiri Pak Alamsyah mengirimkan surat untuk kemudahan pengurusan visa yang Sembilan orang ini.
Selanjutnya pada tanggal 04-09-2009 kedatangan tim dari Aceh yaitu Pak Rayuan Sukma (Kadispora) dan Pak Let Bugeh sendiri (ketua Pengcab PSSI Aceh) untuk melihat langsung kejadian dan pada saat pertemuan beliau mendengarkan semua kejadian dari anak-anak langsung dan malah Istri Sanches sendiri selaku direktur PT Management Sanchez Gol berjanji akan segera memperbaiki dan mengurus kembali visa anak-anak yang belum beres.
Kami memberikan laporan kepada Pak rayuan dan Pak Let malah laporan itu sudah lengkap dengan kejadian dan dokumentasi malah sudah kami titipkan untuk Pak Gubernur, apakah disampaikan atau tidak kami tidak tahu.
Pada saat itu pihak Agen sendiri Istri Sanchez dan pelatih Miguel ngotot untuk pasport mereka yang pegang dengan alasan keamanan dan mereka mencoba melobi pihak Pak Rayuan dan Pak Let Bugeh untuk bisa diberikan kepada mereka.
Keesokannya Pak Rayuan dan Pak Let rencana balik ke tanah air, langsung Pak Rayuan dan Pak Let Bugeh duduk rapat dengan kami menyuruh kami menyerahkan semua passport ke tangan Agen Bu Citra yang langsung dipegang pelatih kepala yaitu Miguel Anggel Arrue dengan alasan dia ada “sekti box” brangkas penyimpanan, karena kata Pak Rayuan, itu bola api, jangan salah pegang nanti bapak-bapak akan terbakar tutur Pak Rayuan, biar pihak Agen saja yang memegang, oke kami jawab.
Tetapi punya kami 4 (empat) orang guru kami pegang sendiri, sedangkan 30 anak-anak harus ada dengan surat tanda terima dan surat itu saya buat dan ditangani oleh saya sendiri Samsuar,S.Pd sebagai Manajer pihak pertama dan pihak kedua yaitu pelatih kepala Miguel Anggel Arrue dan pihak yang mengetahui yaitu pihak Agen Agen yang ditandatangani oleh Istrinya Sanchez Bu Citra, sejak mulai tanggal 6 September 2009 itu pasport tidak lagi bersama saya
Selanjutnya setelah itu kami tidak tahu lagi apakah 9 orang anak-anak itu sudah diurus visa atau tidak karena pasportnya tidak bersama kami lagi pasca kepulangan Pak Rayuan dan Pak Let Bugeh.
Pada tanggal 15 september 2009 malam saat itu, kebetulan masih bulan Ramadhan “puasa” latihan malam, sekitar pukul 20.30 waktu Paraguay tiba-tiba datang Tim Khusus melakukan infeksi mendadak-pemeriksaan dari pemerintahan Paraguay yaitu dari Pihak Kejaksaan, Imigrasi, Departemen Luar Negeri dan Kepolisian Paraguay.
Merkea memeriksa semua document resmi kami dan terbukti pada malam itu bahwa 9 (Sembilan) orang anak belum diurus visanya oleh pihak Agen pengelola yaitu PT Management Sanchez gol, dan disitu terbukti bahwa pengurusan visa selama ini dibawah tangan tanpa melalui prosedur.
Ada tiga hal penting yang di kasih tahu oleh kejaksaan yaitu oleh Ibu Teresa Martines direktur kejaksaan bahagian perlindungan anak yaitu, Kami tidak ada Documen secara resmi Visa tinggal di Paraguay dan kalaupun ada itu dibawah tangan tidak resmi, malah sanchez sendiri mau menyogok direktur imigrasi sampai direktur marah sekali.
Tidak ada izin resmi untuk latihan bola di paraguay dengan AFP (Asosiasion Federasition Futbol di Paraguay)
Tidak ada perwalian karena yang dibawa anak-anak dibawah umur itu melanggar hukum di paraguay
Dan pada malam itu semua pasport kami diambil oleh kejaksaan karena untuk ditindak lanjuti dan pada saat itu pihak kejaksaan memanggil Kónsul Ri di Paraguay dan kedutaan RI di Argentina untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi. Selanjutnya pada tanggal 1 oktober 2009 kedutaan RI Argentina Bpk Sunten Manurung berangkat keparaguay, langsung menemui kami di Sambernardino dan didampingi oleh Konsul RI di paraguay yaitu Bapak Ricardo serta Sekreatis KBRI Pak Alamsyah.
Tujuannya menemui kami untuk meyelesaikan persoalan dengan pihak pemerintah paraguay, dan setelah menemui pemerintah Paraguay pasport kamipun semua diserahkan ke kedutaan karena mereka berhak. Setelah itu kedutaan menyerahkan kembali kepada kami untuk dipegang, karena kami berada bersama anak-anak dan itu dengan jaminan KBRI.
Sekarang belum juga diurus mengenai visa anak-anak karena memang masih tanggung jawab pihak Agen sampai bulan Desember 2009.
Pada tanggal 30 oktober 2009 terjadi lah inciden bentrok anak-anak dengan pihak kepolisian paraguay di komite olimpico, setelah itu demi keamanan kami dibawa kembali ke hotel acuario sambernardino, dan malam itu kami dibawah komisi perlindungan anak Paraguay dan Cónsul RI,
Mengenai keputusan, kami dengar pada saat itulah diproses oleh kejaksaan bahwa kami diberikan tempo 2×24 jam harus di deportasi dan karena kondisi pihak kedutaan dan cónsul bernegosiasi maka diberikan waktu dalam 15 hari akan dideportasi oleh pemerintah Paraguay.
Pada tanggal 5 november 2009 pihak cónsul RI di Paraguay mengambil 30 pasport dari kami untuk pengurusan dokumentasi anak-anak untuk di gunakan pada saat kepulangan sesuai keputusan pemerintah paraguay.
“Dari kronologis diatas jelas – jelas yang diberitakan oleh Agen Nelson Leon Sánchez itu Bohong belaka, tidak ada persaingan Bisnis dan tidak ada Guru sebagai provokator dalam hal ini. ini jelas-jelas Fitnah yang diberitakan dan di isukan Oleh PT Managemen Sánchez Gol /Agen Sanchez”, tulis Samsuar,S.Pd Manajer Timnas/Guru di Asuncion Paraguay Amerika latin
Tarmizi Age adalah Aktivis WAA berdomisili di Denmark.