U-15 Aceh Terancam di Pulangkan Dari Paraguay

Anak -anak Aceh U-15 nampak duduk berbaris di depan sebuah bangunan di Paraguay , foto di ambil pada hari bentrok dengan Polisi di sana, Sabtu 31 Oktober 2009.[Foto Narsruddin Ali S.Pd/Waa].

WAA – Kamis 05/11/2009, Paraguay - Kembali berita yang kurang menyenangkan mengenai team sepak bola Aceh di bawah umur 15 tahun di terima sekretariat World Achehnese Association (WAA) dari sumber di Paraguay.
Beberapa surat electronic dalam bahasa Inggris yang di kirim mulai pukul 2:39 PM sampai dengan pukul 5:28 PM pada hari Rabu 4 November 2009 masuk ke Head quarter WAA di Denmark, menyebutkan bahwa Pengadilan Dibawah Umur Paraguay telah memutuskan bahwa anak- anak Aceh yang sedang berlatih sepak bola di sana harus kembali ke Aceh dalam tempo 15 hari, sekalipun pada mulanya Pengadilan memberi waktu cuma 48 jam.
Permasalahan yang sangat mendasar adalah mereka illegal karena visa mereka sudah habis masa berlakunya, padahal pihak Pemerintahan Lokal setempat telah memberikan waktu 2 bulan kepada Nelson Sanchez selaku partner Pemerintah Aceh dalam program ini untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, akan tetapi bukan nya memenuhi semua yang menjadi tanggung jawab mereka tapi malah hilang tidak ada kabar entah kemana sebut sumber dari Paraguay tersebut.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Pemerintah Aceh harus menyediakan ticket untuk ke 30 orang team sepak bola Aceh dan juga orang dari Pengadilan Paraguay yang akan mengantar mereka sampai dengan selamat kepada orang tua masing- masing, jelas sumber tersebut.
Dalam persidangan itu, pihak jaksa juga telah memerintahkan untuk penangkapan Nasional terhadap warga Chili Nelson Sanchez yang telah buron, dan juga kemungkinan besar Zubizarreta yang merupakan presiden Olimpic juga akan di tahan kata sumber itu mengakhirinya.
Di E-mail yang terpisah, Para guru pendamping atlit sepak Bola Aceh di Paraguay, yaitu Samsuar, S.Pd sebagai manager-guru pendamping, Nasruddin, S.Pd, Mirza Afuadi,S.Pd, dan Makhdalena, S.Pd, menolak tuduhan dari Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga yang di muat di harian Serambi Indonesia pada tanggal 1 november 2009 yang lalu di halaman Sport Globe mengenai kejadian pemukulan atlit sepak bola Aceh oleh polisi Paraguay di Paraguay, America Selatan, dengan judul “Bentrokan di Pacu Akibat Oleh Persaingan Bisnis”.
Apa yang beliau utarakan itu semata-mata mendengarkan di sebelah pihak yaitu pihak Agen PT Sances Mangemen Gol, sebap kalau memang bukan sumber berita dari pihak agen kapan beliau tahu, sedangkan dia belum pernah tinggal satu tempat dengan anak- anak 24 jam, jadi tidak wajar kalau dia katakan untuk guru yang memprovokasi semua kejadian ini, dan wajar kalau dia tidak tahu keluh kesah dari anak-anak waalaupun pada tanggal 4 september beliau ada keparaguay bersama ketua pengda PSSI Aceh.
Waktu itu Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga juga mendengarkan 24 pertanyaan dan masukan dari anak-anak yang memang sudah cukup menderita physicologinya, bahkan pak Let Bugeh sebagai Ketua PSSI Aceh langsung menangis di hadapan 30 orang anak-anak aceh dan menegur langsung ibu Teti Citra Resmi Rahayu sebagai presiden direktur PT Sancez Managemend Gol, ibu citra jangan sia-siakan anak-anak kami di sini, namun begitu mereka pulang ke aceh ternyata mereka ketemu pers mengatakan tidak ada masalah apa-apa dengan anak-anak di Paraguay.
World Achehnese Association (WAA) kembali mendesak semua pihak yang sangat bertanggung jawab dalam permasalahan ini khususnya Dispora Aceh untuk segera secepat mungkin mengambil tindakan nyata dalam upaya penyelamatan duta- duta olah raga Aceh di Paraguay.
WAA sangat menyayangkan kalau ada pihak yang berkompeten di Aceh menganggap sepele dengan kejadian ini dengan mengatakan di media kalau anak U-15 Aceh hanya lembam biasa akibat bentrokan dengan pihak keamanan Paraguay beberapa waktu lalu, akan tetapi mari kita lihat bahwa penganiyaan tersebut terjadi pada anak di bawah umur.
Sangat di sayangkan kalau anak- anak Aceh yang belum lepas dari trauma Konflik dan Tsunami menjadi korban di tangan pihak yang tidak betanggung jawab dari sebuah program yang tidak matang perencanaan nya.

Guru-guru pendamping atlit sepak Bola Aceh di Paraguay, yaitu Samsuar, S.Pd sebagai manager-guru pendamping, Nasruddin, S.Pd, Mirza Afuadi,S.Pd, dan Makhdalena, S.Pd, [Foto Narsruddin Ali S.Pd/Waa
Atas berbagai mala petaka yang di alami anak-anak bansa semestinya harus ada yang bertanggung jawab, kami mengira semua negara punya hukum. Tidak hanya itu, Laporan penggunaan ke uangan juga perlu di umum ke public agar rakyat tidak hilang kepercayaan terhadap pemerintah.
WAA juga menasihati agar pemerintah membentuk team yang terpercaya dan bebas untuk mekaji berbagai kemungkinan dalam penggunaan ke uangan termasuk hal-hal pemborosan.

Demikian,
Fjerritslev , DenmarkKamis 05 november 2009
Tarmizi Age/MukarramWorld Achehnese Association (WAA)
Ban sigom donja keu Aceh!
Previous Post Next Post