WAA - Pelajar Aceh kembali di evakuasi dalam kloter ke tiga pada tanggal 6 februari 2011 bersama WNI lainnya. Sisanya akan menunggu giliran. Berbagai kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir mengeluh lambatnya jalan evakuasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Malaysia sendiri telah mengevakuasi lebih banyak mahasiswanya dalam sekali terbang. Sementara keadaan kota Cairo masih belum kondusif, walaupun bank sebagaimana diberitakan dalam siaran televisi NTN telah buka dari jam 10.00 sampai jam 1.30 siang (6 Februari 2011).
Banyak para tahanan yang bebas dari penjara selama kerusuhan berlangsung, sehingga membuat para mahasiswa harus waspada dan tidak berani untuk keluar jauh. Sementara kawasan Husein menurut informasi yang kami dapatkan dari beberapa anggota KMA masih mencekam. Bahan pokok dan rempah-rempah di kawasan Husein sangat sulit didapatkan ditambah lagi keadaan ekonomi mahasiswa yang semakin sulit selama kisruh di Mesir.
Perampokan yang menimpa mahasiswa Indonesia kembali terjadi di Tubu Ramli, kawasan Hayyu Asyir. Pemeriksaan keamanan juga semakin ketat, pada tanggal 6 Februari 2011 tercatat ada dua anggota keluarga mahasiswa Aceh yang ditangkap dan alhamdulillah akhirnya sudah dilepaskan. Bakan ada satu anggota KMA yang di tangkap selama satu jam dalam perjalanan pulang dari Tafahna menuju Cairo. Alham dulillah akhirnya dilepaskan setelah ditendang dan ditampar oleh pihak keamanan.
Berbagai kasus yang tejadi adalah sebagian kecil warna-warni kehidupan selama kerusuhan menimpa Cairo. Semoga tulisan ini kembali menjadi pengingat bagi semua kalangan bahwa di Cairo sana masih tersisa 200-an lebih mahasiswa Aceh yang belum dievakuasi beserta sekian banyak WNI lainnya.
Situasi di kota Cairo benar-benar tak lagi nyaman untuk belajar selama kerusahan ini berlangsung. Beberapa mahasiswa sebetulnya telah siap-siap kembali belajar setelah ujian term 1, tapi krisis panas di negeri seribu menara telah menganggu ketentraman mereka. Disamping bertambah khawatirnya para orang tua di kampung halaman, yang hampir setiap hari menanyakan kabar anaknya via telepon seluler.
Kami mengharapkan pemerintah tidak sebelah mata melihat masalah ini, kalau memang pesawatnya tidak bisa terbang terkait perizinan, harus ada upaya pemerintah untuk mengatasi hambatan tersebut agar proses evakuasi berjalan cepat. Ini bukan masalah ingin pulang atau lainnya, kami semua tetap memikirkan kuliah kami disini, namun apalah daya, sangat kecil kemungkinan untuk bertahan dengan nyanyian tembakan dan iring-iringan tank. Kami ingin agar keselamatan kami terjamin, mengingat keluarga di kampung sudah sangat khawatir.
Azmi Abubakar, Pimred el-Asyi KMA Mesir, Aktivis World Achehnese Association.