Warga Pusong Tanam 5.000 Pohon Bakau

Aktivis lingkungan dari Aceh Wetland Foundation melakukan penanaman perdana di Pusong dalam memperingati Hari Bumi ke-40 pada 22 April 2010. Aksi yang dilakukan bersama anak-anak ECo Group SDN Teulaga Tujoh sebagai simbol kampanye penyelamatan Pusong dari ancaman abrasi yang terus meluas.[Foto/Dok/AWF].

WAA - Selasa  08/02/2011, Warga Pusong Tanam 5.000 Pohon Bakau

Berharap Pemko Langsa Lebih Proaktif 

LANGSA  – Warga Gampong Teulaga Tujoh atau yang lebih dikenal Pusong di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Senin (7/2), menanam sedikitnya 5.000 batang bakau dari berbagai jenis. Penanaman yang dilakukan kelompok masyarakat peduli lingkungan itu diprakarsai oleh Aceh Wetland Foundation—dalam rangka mendorong pemerintah agar lebih proaktif membangun Pusong dari kehancuran akibat abrasi yang terus meluas. Seperti diketahui, kepulauan Pusong terus menciut dari tahun ke tahun. Hancurnya ekosistem bakau menjadi penyebab utama terjadinya abrasi.

Keuchik Teulaga Tujoh, Yuswar, Selasa (8/2) usai aksi tanam mengatakan, kegiatan penanaman pohon bakau itu dilakukan atas inisiatif aktivis lingkungan dari Aceh Wetland Foundation—yang bergerak dalam konservasi lahan basah. “Kami sangat berterima kasih atas prakarsa yang diberikan kawan-kawan AWF, semoga kegiatan ini akan menggugah banyak pihak, terutama Pemerintah Kota Langsa untuk menyelamatkan Pusong dari ancaman kehancuran,” kata Keuchik yang akan dilantik, Rabu (9/2), hari ini.

Koordinator Lapangan, Efendi mengatakan, pola penanaman lebih dilakukan dengan sistem relawan. “Artinya, kita menanam dengan penuh kesadaran sendiri, dan tidak ada upah standar dari kawan-kawan AWF. Semua bibit bakau ini adalah inisiatif mereka untuk menghijaukan pulau kami yang terus tegerus abrasi,” kata Efendi.

Sebagai kawasan yang sangat membutuhkan aksi penghijauan, Efendi berharap akan adanya aksi tanam lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Langsa dalam upaya menyelamatkan kesinambungan Pusong itu dan ekositem bakau yang tersebar di seluruh kepulauan Pusong.

Sementara itu, Direktur Eksekutif AWF, Rahimsyah mengatakan, pemberian 5.000 bibit bakau yang ditanam sendiri oleh kelompok masyarakat peduli lingkungan di Pusong merupakan langkah maju dalam upaya menghijaukan ekosistem bakau yang terancam punah di kepulauan Pusong. Karena menurut dia, masyarakat sendiri dengan penuh kesadaran telah berupaya menyelamatkan hutan dan tanah mereka.

“Kami melihat aksi penebangan bakau tidak diiringi dengan upaya penanaman yang berkelanjutan. Jika dibiarkan, maka dalam tempo yang singkat, tidak akan ada lagi ekosistem bakau di pantai timur Aceh,” kata dia. Untuk itu, ia berharap adanya dukungan penuh dari Pemerintah Kota Langsa dalam mewujudkan peghijauan sebagai konsep penyelamatan Pulau Pusong dari terjangan abrasi secara berkelanjutan.  “Kami juga mendorong Pemerintah Kota Langsa untuk lebih peduli dalam menjaga dan melestarikan ekosistem hutan mangrove di kepulauan Pusong. Kebijakan yang responsif dari pemerintah tentu akan mendorong pengelolaan hutan berbasis kemasyarakatan,” demikian Rahimsyah. (***)

AWF adalah organisasi non pemerintah yang bergerak dalam bidang advokasi lingkungan hidup, dan berkantor pusat di Kota Langsa. Organisasi ini di deklarasikan pada 1 Februari 2010, yang bertepatan dengan Hari Lahan Basah (Wetland) se-Dunia.
Previous Post Next Post