WAA – Senin 21/12/2009, Laporan: Aydil Fida
CAIRO - Sabtu,19 Desember 2009 menjelang asar, pasukan baru Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) yang berjumlah 18 orang tiba di Cairo. Mereka landing melalui Cairo Airport pada jam 14.00 waktu Cairo, yang sebelumnya mereka berangkat dari Aceh kemudian menuju Kuala Lumpur, Malaysia.
Karena informasi kedatangan pasukan baru Aceh tiba, banyak anggota KMA yang menjemput ke bandara. Sebagian lainnya menunggu di sekretariat KMA, Madinah Nasr, Hay ‘Asyir, Cairo.
Dinginnya udara di bandara setiba ke Mesir, namun anggota KMA menyambutnya denngan penuh kehangatan. Selanjutnya, rombongan dari bandara menuju ke Meuligoe Aceh, tentunya di sana telah disiapkan dengan berbagai acara penyambutan.
Acara penyambutan ini sengaja diadakan untuk menghemat waktu bagi pasukan baru, dikarenakan ujian di kuliah bagi mereka sudah di ambang pintu. Selain itu juga acara penyambutan ini bertujuan untuk menyemangatkan mahasissa baru dalam meniti jihad di Mesir. Acara ini bertema,”Ahlan wa Sahlan Arsitektur Bangsa! Kejayaan Aceh Ada di Pundakmu”.
Penyambutan sekaligus perkenalan
Acara berlangsung penuh keakraban dan canda tawa. Pembawa acaranya Tgk. Muhajir, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran yang begitu merdu dan menghidupkan suasana oleh Tgk Zamzami. Kemudian masing-masing mahasisa baru memperkenalkan diri kepada mahasiswa lama. Selanjutnyaketua KMA memberikan kata-kata sambutan dengan penuh suka cita menyambut anggota baru, juga berharap semoga pasukan baru ini akan benar-benar menjadi arsitektur bangsa, pembangun sekaligus pemimpin pemerintahan Aceh ke depan.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan peyampaian kata-kata petuah dari senior-senior kandidat master: Tgk. Amri Fatmi, Tgk. Muakhir Zakaria, Tgk. Suryanto, Tgk. Ivan Aulia, dan Tgk. Edi Saputra. Pesan-pesan senior ini intinya memberikan semangat kepada mahasiswa baru untuk benar-benar mencari semua Ilmu yang mereka ingin dan cita-citakan. Mereka juga berpesan untuk tidak patah semangat dengan situasi dan kondisi Mesir yang jauh berbeda dengan Aceh. Tetapi yakinlah bahwa ribuan mujahid Islam lahir di Mesir dari abad ke abad. Di posisi itulah para mahasiswa baru berada, dengan tujuan dan harapan menjadi pemimpin umat yang benar-benar islami.
Selain itu juga senior-senior Aceh berpesan untuk langsung memulai belajar sejak sekarang, dikarenakan ujian akan datang dua minggu lagi. Hendaknya jangan membuang waktu sedikitpun, bahkan ada senior yang meminta agar belajar dengan benar-benar keras, kalau bisa hingga sakit menjemput.
Acara diakhri dengan doa yang dibacakan oleh Tgk. T. Amri Sulaiman. Kemudian mahasiswa baru yang sudah lunglai kecapekan karena perjuangan panjang, segara dijemput dengan mobil sewaan untuk ditempatkan di istana Mathariah, yaitu rumah sederhana hamba-hamba shaleh. Rumah lumayan luas yang bisa menampung lima puluhan anggota.
Mereka ditempatkan di Mathariah dengan alasan, tempat inilah yang tepat untuk anak baru dalam mengarungi samudra ilmu, di mana mereka akan lebih mudah dibimbing oleh senior-senior. Dengan harapan mereka akan mengikuti senior-seniornya yang merupakan teladan, ahlul ‘ilmi yang shaleh. Di tempat ini juga mereka akan mudah melakukan administrasi ke kuliah, dikarenakan jalur rumah-kuliah yang mereka tempuh adalah metro listrik.
Mimpi yang jadi kenjataan
Alhamdulillah mahasiswa Aceh sudah tiba di Mesir, meskipun ada sebagian mereka yang mengatakan kalau ini bagaikan mimpi. Mereka juga tidak menyangka bisa tiba di Mesir. Bagaimana tidak, keberangkatan mereka selalu ditunda-tunda, keberangkatan mereka penuh perjuangan pahit. Terutama pemberian visa dari RI yang begitu sulit untuk mahasiswa yang akan ke Mesir. Dapat dilihat juga dari jumlah mereka yang sangat sedikit.
Inilah yang sangat disayangkan, kedatangan anak baru ke Mesir selalu terlambat, sehingga menghambat proses belajar mereka yang berkemungkinan buruk bagi masa depanya, dikarenakan akan menuai kegagalan nantinya, dengan waktu yang minim sekali untuk persiapan ujian.
Di samping itu juga sangat disayangkanjumlah mereka yang sedikit untuk tahun ini ke Mesir, sehingga kita bisa bertanya, apakah karena isu busung lapar, ataupun kurangnya pemerhatian pemerintah Aceh untuk dana pendidikan sehingga menghambat belajar mereka selama di Mesir, atau apakah ahli agama dalam misi pemusnahan?
Kami dari mahasiswa Aceh Mesir hanya berharap dari pemerintah Aceh untuk menangani pendidikan mahasiswa Aceh ke luar negeri, khususnya bagi mereka yang bermisi agama. Jangan hanya memajukan Aceh melalui tehnisi-tehnisi atau eksatta. Namun alangkah baiknya bila keduanya diseimbangkan, dunia dan akhirat.
Kami juga sangat berharap pemerintah Aceh bisa menyelesaikan misteri keterlambatan mahasiswa Aceh ke Mesir untuk tahun-tahun selanjutnya. Demikian juga kami sangat berharap bisa membuka misteri sedikitnya mahasiswa Aceh yang ke Mesir. “Kejayaan Aceh di Tangan Anak Bangsa yang Berpendidikan”.
Aydil Fida bin Ismail adalah Aktivis World Achehnese Association berdomisili di Mesir