Sebagian Anggota KMA yang sudah datang sedang menunggu pembukaan acara refleksi 5 Tahun Tsunami di Mesir [Foto Aydil Fida/Waa]. |
WAA – Jumat 01/01/2010, Laporan Dari Mesir Di Kutip Oleh: Aydil Fida
Pagi minggu, tepatnya 26 deseber 2004, sungguh merupakan salah satu hari paling bersejarah bagi Aceh, dimana pada hari itu, semua rakyat Aceh merasakan ujian, cobaan serta teguran dari Sang Khalik. Ribuan rumah rata dengan tanah, sebagiannya hilang tanpa bekas, ribuan fasilitas hancur oleh air bah, dan paling menyedihkan ketika ribuan nyawa melayang ditelan tsunami. Itu semua kehendak Yang Maha Kuasa, tidak mungkin seorang pun bisa melarangnya, hanya bisa menerima dengan pasrah serta mengambil hikmah dari kejadian itu.
Kini, 26 Desember 2009, rakyat Aceh yang berdomisili di Mesir kembali mengenang hari bersejarah itu dengan agenda “Refleksi 5 Tahun Tsunami dan Doa Untuk Aceh”. Acara yang dimulai menjelang magrib tersebut diadakan di sekretarian KMA, ini merupakan agenda dalam rangka mengenang kembali Tsunami bagi Aceh
Acara yang dibuka oleh Tgk. Fajrian Syah tersebut begitu tenang, seakan-akan tsunami baru saja menimpa Aceh, padahal tsunami sudah begitu lama terjadi. Mungkin itulah tanda kenangan yang tidak pernah terlupakan di benak semua orang Aceh dengan kejadian dahsyat takdir Ilahi tersebut.
Selanjutnya Tgk. Fajrian Syah meminta kesediaan 3 qari KMA, termasuk Tgk. Halim dan Tgk. Ziauddin, Mereka membaca ayat yang mengingatkan hadirin kepada kejadian hari kiamat yang begitu menakutkan tiada terperi, juga ayat-ayat azab Allah untuk manusia di dunia dan akhirat, serta ayat yang menganjurkan mukminin untuk selalu mengingat kematian.
Alunan ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan tiga qari tersebut benar-benar mebuat hati peserta bergetar hebat, sesekali badan seakan terkena setruman listrik, bulu kuduk juga ikut merinding, dan hati hanyut dalam hayalan dan tadabbur, diam seribu bahasa.
Selesai tartil, Tgk. Mubasyirullah selaku ketua KMA menyampaikan wejangan kepada hadirin, refleksi dari kejadian Tsunami 5 Tahun silam. Beliau megingatkan kembali para hadirin untuk selalu mengambil hikmah dan pelajaran dari tsunami, mendoakan Aceh akan lebih baik dan maju ke depan, serta selalu mendoakan arwah para korban tsunami mendapat tempat yang layak di sisi Allah.
Begitu wejangan siap, lampu mati, dilanjutkan dengan pemutaran dokumenter kejadian tsunami yang diproyektorkan ke dinding, klip dan foto kejadian tsunami membuat sebagian peserta menyapu mata karena dibasahi air mata yang berasal dari mata, hati bahkan tubuh, ada juga hadirin yang terisak-isak dengan tangisan dahsyat, terhanyut dalam tadabbur dan kenangan masa silam yang begitu ternanam di hati.
Suasana begitu senyap tanpa kata dan tawa Semua hadirin berada dalam jiwa yang menyedihkan serta mengharukan, mungkin itulah karena rasa takut yang mendalam akan ajal dan kiamat yang akan pasti menjemput. Sungguh hari yang mengharukan.
Selanjutnya moderator meminta Tgk Karim, Lc., di persilakan untuk membacakan doa sebagai penutup dari acara duka cita ini. Doa yang begitu panjang mengheningkan semua hadirin dalam tadabburan amin.
Semua kepala menunduk, sebagian tisu dijadikan pembersih mata megharukan itu. Dengan selesainya doa maka berakhirlah acara yang akan dikenang hingga kiamat nanti.
Semoga dengan kejadian ini, rakyat Aceh khususnya dan semua umat manusia umumnya, untuk terus berinterospeksi diri dengan ketentuan Allah yang akan selalu bisa terjadi kapan dan di mana saja.
Selalulah disibukkan dengan amalan yang akan menghantarkan kedamaian di alam barzah nanti, jangan disibukkan dengan jabatan yang mendhalimi rakyat, tetapi yang amanah untu rakyat, jangan disibukkan dengan dunia yang jauh dari agama, tetapi selalu dalam amal yang diridhai Allah. Ingatlah wahai Bangsaku! hidup kita akan
merasakan mati!!!
Aydil Fida bin Ismail adalah Aktivis World Achehnese Association berdomisili di Mesir