Ridwan Bin Abdul Jalil Adalah Aktivis World Achehnese Association [Foto/Dok/WAA]. |
WAA - Jumat 21/01/2011, Saya Pernah Bercita-cita Menjelajah Dunia
Hidup di Denmark Taat undang-undang Dan tepat waktu
Memulai pengalaman baru di sekolah Bahasa di Denmark. Pagi itu cuaca dingin minus sembilan atau pada paras beku air laut, namun situasi tersebut tidak menjadi penghalang, saya tetap tegar dan bersemangat ingin mencari sedikit pengalaman baru dengan menjadi murid di sebuah sekolah bahasa Denmark. Untuk menuju kelokasi sekolah tersebut mempunyai jarak sekitar 30 km dari tempat dimana saya tinggal dengan menumpang bus umum. Saya sempat dua kali pergantian bus dalam perjalanan menuju ketempat itu, disanalah aktivitas belajar mengajar bahasa Denish atau dipanggil juga sprøg center yang terletak persis di sebuah kota kecil yaitu Hjællerup, kota ini memang indah dan bersih, asyik bila mata memandang, rumah-rumah yang unik tersusun rapi dan taman-taman yang di tutupi oleh salju yang memutih di pinggir jalan, kota itu berjarak 25 km dari pusat ibu kota Aalborg ibukota Region Nordjylland.
Aalborg adalah kota terbesar ke empat setelah Kopenhagen (københavn dalam sebutan Dansk) yang bermakna bandar pelabuhan tempat persingahan dan jual beli.
Hari pertama saya masuk kesekolah, saya harus menghadapi situasi baru dan berkenalan dengan orang-orang baru yang belum pernah saya temui sebelum nya, namun situasi tersebut tidaklah membuat saya tertekan atau grogi dengan keadaan tersebut, bahkan suasana baru membuat saya bersemangat karena dapat berkenalan banyak teman apalagi mereka datang dari berbagai belahan dunia, di tambah sejak kecil saya memang sudah tumbuh semangat, jika saya sudah besar dan sudah dapat baca tulis, saya ingin menjelajah dunia dan ingin melihat situasi tempat-tempat yang belum pernah saya lihat sambil mencari pengalaman yang bermanfaat selain dari tempat saya dilahirkan.
Bus pengangkutan umum tepat waktu
Semasa dalam perjalanan menuju ketempat tersebut dengan sebuah bus umum saya terasa sangat unik, perjalanan di hari pertama, saya melihat semua penumpang bus mengikuti aturan yang benar-benar disiplin walaupun cuaca dingin tetap antri saat naik bus, dan jam jadwal pemberangkatan bus pun sudah ditentukan di masing-masing daerah begitu juga dengan tempat pemberhentian bus, jika kita terlambat keluar dari rumah ketempat perhentian bus (halte) seperti waktu yang telah ditentukan, jangan harap kita akan bisa sampai ketempat tujuan tepat pada waktu nya, tentu kita akan timbul masalah dan bisa saja tiba terlambat dari hari biasa, karena hari biasa bus pegangkut penumpang berjalan dua kali satu jam, sedangkan di hari weekend (libur) bus hanya mengangkut penumpang sejam sekali kerena, di Denmark nampaknya bus begitu penting untuk para pelajar dan pekerja.
Dalam kehidupan masyarakat Denmark mereka sangat memetingkan kedisiplinan dalam masyarakatnya tanpa kecuali, dan bus yang mengambil penumpang tidak berhenti sembarangan tempat, tetap pada jalur yang telah ditentukan yaitu pada halte. Satu kemudahan lagi bagi bus di Denmark tidak lagi mencari atau mengejar-ngejar penumpang, melainkan hanya penumpang yang telah menungggu kedatangan bus tepat pada waktu nya, dan pembayaran tiket bus pun membuat sopir dan penumpang nyaman tingal hanya kasih tunjukkan tiket khusus yang sudah di bayar dengan ukuran masa berlaku sebulan, ada juga yang mengunakan pembayan langsung dengan uang tunai pada sopir bus, karena bus di Denmark tidak mengunakan kernet.
Bagi penumpang bus di Denmark tidak lagi belajar melakukan penipuan, jika cuba menipu resikonya sangat tinggi, karena bisa saja tidak kita sangka-sangka saat perjalanan ada pihak khusus naik untuk memeriksa tiket penumpang, jika kedapatan penumpang melakukan penipuan mereka hanya mengambil tindakan merekot no CPR ( card person register ) atau di Aceh di sebut KTP, sebagai denda kita harus membayar 600 kr atau satu juta rupiah akibat dari penipuan tersebut, namun pembayaran tersebut tidak langsung pada hari terjadi itu, untuk pembayaran denda tersebut pihak yang mendenda akan mengirim surat tuntut bayar kealamat kita, jika kita tidak bayar sesuai tanggal yang tertulis maka mahkamah akan mengambil tindakan selanjut nya, nomor CPR (KTP) kitapun sudah terekot sebagai pelaku kriminal yang merugikan orang lain.
CPR (KTP) sistim data
Sistim CPR ( card person register ) atau KTP ini mengunkan sistim simpan data pada komputer sehingga sulit untuk sesiap yang berkeinginan membuat penipuan dan kriminalitas, karena di KTP ini tertera nama tahun, tanggal lahir kita dan alamat yang jelas dimana kita menetap, tidak bisa kita ubah-ubah menurut keinginan sendiri, semua nya mengunakan sistim computer yang di keluarkan oleh pihak pemerintah setempat agar mudah untuk pendataan penduduk serta alamat tempat kita menetap, sehingga jika terjadi kriminalitas atau apa saja pihak berwajib tidak bersusah payah lagi mencari data tentang kita tinggal hanya menekan nomor CPR saja pada computer khusus.
Sistim ini juga memudahkan masyarakat berurusan dengan kepentingan sehari hari-hari, kerena disetiap fasilitas disini telah mengunakan sistim data komputer yang lengkap, sistim negara maju memang beraturan dan masyrakat sudah mematuhi aturan serta punya kedisplinan yang tinggi.
Bahasa untuk menyesuaikan diri
Hari demi hari dan bulan hingga berganti tahun sehingga saya sudah dapat menyesuai kan diri dengan lingkungan dan hidup berdampingan dengan masyarakat berkat pengetahuan belajar bahasa hingga aktivitas saya tetap berjalan lancar seperti hari-hari biasa sebelum nya dalam belajar apa saja yang patut saya pelajari, lagi pun untuk menetap di Denmark dan menjadi warga negara mereka di wajibkan untuk pendatang belajar bahasa agar mudah berkomunikasi dengan masyarakat setempat dan dengan sesama pedatang lain.
Untuk dimaklumi oleh kita bahwa seluruh negara-negara di Europa jarang menggunakan bahasa English dalam bertutur sehari-hari dilingkungan masyrakat, kecuali dipusat fasiltas public manca negara, bangsa-bangsa di Europa mempunyai bahasa sendiri, seperti scandinavia bahasa yang di gunakan hampir sama dan mempunyai nama sendiri seperti Denmark (Dansk), Swedia (Svensk), Norwegia (Nord), Finland (Soumi). Jadi jika kita sudah memahami salah satu dari bahasa tersebut lambat laun mungkin kita bisa menguasai semua bahasa di scandanavia apa lagi jika kita sering berkomunikasi. tetapi tidak lah begitu mudah dan sempurna tanpa proses belajar dari dasar dengan tekun.
Pertanian dan Peternakan
Di kampung tempat pertama saya menetap merupakan daerah kawasan yang luas pertanian dan perternakan yang disebut daerah landman (petani), cara bercocok tanam mereka jauh lebih maju kalau dibanding dengan petani kita, masyarakat Denmark saat ini mereka telah mengunakan peralatan yang super canggih dan cara bercocok tanam yang model dengan tidak menghabiskan masa terlalu banyak pada pekerjaan yang sedikit, dan penduduk disini pun tidak lagi seperti petani di Aceh, mereka tidak lagi turun ramai-ramai keladang pertanian disaat musim cocok tanam tiba, hanya cukup beberapa mesin tractor besar digunakan untuk pembajakan tanah dan penanaman bibit tanaman. Tanaman yang menjadi unggulan di tempat mereka adalah, gandum, kentang, jagung, pohon minyak, dan rumput makanan ternak.
Petani mulai turun saat musim winter berakhir yaitu sekitar bulan may (5), sedangkan para penternak tetap menjalankan aktivitas nya dimusim winter tanpa kecuali, karena mereka memiliki kadang-kandang yang luas yg bisa menempati ratusan ekor lembu dan kambing didalam kandang saat musim winter tiba, kebutuhan kandang menjadi hal sangat penting bagi penternak di Denmark sebab di saat musim winter segala aktivitas peternakan harus dilakukan dalam kandang tersebut, bermakna selama 4 bulan lembu berada dalam kandang yang tertutup serta dengan pasokan makanan yang cukup dari peternak.
Para peternak disini tidak membiarkan binatang ternak mereka lepas liar begitu saja dan tidak membiarkan ternak mereka masuk ke areal lahan orang lain dan tidak bebas memakan apa saja bukan seperti ternak yang sering kelihatan di jalan-jalan raya di Aceh seperti tanpa pemilik, atau kalaupun ada pemiliknya tentu tidak bertangung jawab dalam mengurus ternaknya, dengan kata lain ”asal kau hidup cari saja makan sendiri”, dan hal ini bisa-bisa mengakibatkan kerugian kepada orang lain.
Bahkan terindikasi ada sebahagian peternak di Aceh menjual ternaknya yang dilepas liar dan uangnya di gunakan untuk menunaikan ibadah haji ( rukun islam yang kelima), padahal untuk tujuan itu peternak seharusnya perlu menghirau sebaik mungkin ternaknya agar tidak memberat kan orang lain, seperti menggnggu tanaman orang, mengangu tempat umum, menumpahkan kotoran sembarangan. Fonomena ini sudah menjadi tabiat peternak kita di Aceh, yang tidak peduli tata cara untuk menjadi peternak yang baik, padahal orang islam sudah diberikan contoh-contoh yang baik, malah orang yang tidak islam yang mengerjakan demikian.
Lingkungan yang Bersih
Kebersihan lingkungan menjadi idaman bagi setiap penduduk yang menempati belahan kutub ice ini, mereka sangat menjaga kebersihan lingkungan agar tidak tercemar dari berbagai masalah yang bisa membawa resiko dan penyakit. Mereka di didik buang sampah pada tempatnya dari rumah masing-masing hingga masyarakat pun sudah mengerti apa itu kebersihan dan tidak lagi membuang sampah berserakan sesuka hati nya, di setiap sudut lorong rumah telah disediakan kotak tempat pembuangan sampah seperti tempat pembuangan plastik, kaca, bakas makan busuk dan kertas biasa sudah ada tempat masing-masing, hal ini juga akan memudahkan para pekerja kebersihan, tempat pembuangan disedia oleh pemerintah daerah setempat yang bekerja sama dengan pihak swasta yang mengelola sampah agar sampah tidak berserakan.
Setiap jam enam pagi sudah ada yang mengangkut sampah tersebut dengan truck sampah untuk kemudian diproses kembali pada tempat penumpukan sampah, karena setiap daerah baik setingkat kota madya hingga tingkat mukim menyedia tempat penumpukan sampah yang di kelola oleh pihak swasta untuk proses daur ulang, dan tempat ini juga bisa menampung pekerja untuk proses sortir sampah untuk di daur ulang.
Kebersihan adalah sebahagian dari iman, di tempat kita sering orang menyubut-nyebut ini, tapi tidak pernah ambil peduli dengan linkungan sekitar, sehinga membawa berbagai dampak yang negative terhadap masyarakat, dan sanggup membiarkan lingkungan kumuh, jorok dan seram sehingga bisa membawa resiko yang berbahaya bagi semua, seperti penyakit dan banjir, tanah longsor dan sebagai nya, akibat kurang kepedulian kita terhadap lingkungan,
Membuang kotoran sembarang tempat, mencampakan sampah kesungai sehingga berimbas tak baik dari perbuatan sendiri. semua orang tau betapa penting nya kebersihan dan menjaga lingkungan tapi kesadaran dari diri sendiri yang perlu dikaji ulang dan mengambil sebuah tindakan yang positive sehinggga dapat di contohi dan di teruskan oleh generasi-genersi kita selanjut nya.
Kita pasti mampu untuk mengubah tatanan hidup masyarakat dengan memberian ilmu pengetahuan dan kedisiplinan yang tinggi dan tentunya yang tidak bertentangan dengan agama. saya yakin generasi Aceh mampu memberikan contoh yang baik dalam membangun bangsa ini menuju kemakmuran dan kemujaan dengan ilmu pengetahuan dan kedisiplinan yang tinggi. tanpa kedisiplinan dan ilmu pengetahuan jangan lah mengharap akan menjadi sebuah bangsa yang maju.
Ridwan Bin Abdul Jalil Adalah Aktivis World Achehnese Association berdomisili di Denmark