Muhammad Armiyadi Signori, Staf RSJ Aceh (foto pribadi) |
WAA - Jumat 16/12/2011, Mungkin akan terbaca berlebihan bila saya mengatakan bahwa Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Norwegia seperti hotel berbintang, sama berlebihannya ketika harus mengatakan Aceh yang penduduknya sama dengan Norwegia, 4,7 juta hanya memiliki satu RSJ dengan 320 tempat tidur, saat bersamaan ada 600 lebih pasien, luar biasa, pasien jiwa di Aceh bukan hanya harus berbagi kamar, tapi juga tempat tidur.
Mungkin akan sedikit menarik melihat cara Norwegia dalam melayani masyarakatnya yang mengalami gangguan jiwa.
Di Norwegia, RSJ ada hampir di setiap kota dan semuanya tidak memilki pagar pembatas dengan dunia luar serta tidak ada manusia yang berseragam, baik putih maupun seragam identitas sebagai pasien. Dilihat dari luar, bangunan-bangunan RSJ seperti rumah biasa, tidak ada yang menarik perhatian.
Namun ketika berada di dalam ruangan, banyak hal yang menarik, misalnya setiap kamar hanya untuk satu pasien, satu ruang rawatan ada 10 kamar. Selain itu tiap ruangan terdiri dari ruang tamu (ruang aktivitas), ruang rapat, ruang makan, dan ruang pegawai. Tersedia berbagai makanan, minuman dan buah-buahan untuk pasien dan pegawai. Juga tersedia dapur, ketika jam makan, pasien dan pegawai makan bersama pada satu meja.
Pada saat pasien tiba di RSJ (mereka sudah memberitahu sebelumnya). Dokter, perawat dan psikolog akan duduk bersama pasien untuk mengkaji keadaan pasien dan bersama – sama menentukan tindakan yang akan diberikan. Pasien punya peranan besar dalam menentukan tindakan yang akan diterima selama di rumah sakit. Mereka punya hak untuk mengeluarkan pendapat, menerima atau menolak tindakan.
Selain perawatan melalui obat – obatan mereka juga menggunakan lingkungan sebagai sarana untuk mempercepat kesembuhan (milieu terapy). RSJ menggunakan berbagai pendekatan non medis, seperti komunikasi yang terjadwal, berjalan – jalan di sekitar rumah sakit, tur ketempat umum seperti supermarket, danau, laut dan tur ke tempat kebugaran seperti kolam renang, arena bowling dan lainya. RSJ juga menyediakan berbagai sarana olah raga seperti ruang fitnes, badminton, tenis meja, basketbal, ruang senam, dan ruang rehabilitasi.
Yang juga menarik, di tempat kita kebanyakan gangguan jiwa diakibatkan oleh masalah ekonomi dan trauma, sedangkan mereka kebanyakan disebabklan oleh rasa kesepian, kurangnya dukungan sosial, dan frustasi dengan kondisi alam, winter yang lama bahkan ada beberapa daerah yang pada musim panas, maka siang terus menerus tanpa malam, sebaliknya pada musim dingin, malam terus tanpa siang.
Kebanyakan pasien jiwa di Norwegia datang atas keinginan sendiri ke RSJ, ini mudah dipahami, dengan fasilitas dan pelayanan yang tersedia akan membuat pasien nyaman dan mungkin lebih menyenangkan dari rumah mereka sendiri dan pasien juga bisa memutuskan sendiri kapan ingin datang ke RSJ atau pulang kerumah.
Bila pasien kembali kerumah (atau hanya mau dirawat dirumah) pemerintah kota menyediakan petugas yang akan merawat mereka di rumah. Juga tersedia pusat – pusat kegiatan pasien (day centre), ini sebuah tempat untuk berkumpul, bersosialisasi dan berkreativitas bagi pasien yang sudah tenang (sembuh). Artinya, ketika kembali ke rumah (masyarakat) pasien tidak akan terasing atau melara sendiri. Untuk datang ketempat ini mereka hanya perlu menelepon dan petugas akan menjemputnya. Ini juga pelayanan gratis tentunya.
Selain mendapat jaminan pelayanan kesehatan gratis, pasien gangguan jiwa juga akan mendapatkan tunjangan dari pemerintah untuk biaya hidup sehari hari, bagi yang tidak memiliki rumah, pemerintah juga akan memfasilitasi perumahan.
Sudah saatnya bagi siapa saja untuk lebih peduli pada saudara kita yang mengalami gangguan jiwa, sangat tidak pantas, di negeri syariat ini pasien harus berbagi tempat tidur di RSJ.
Muhammad Armiyadi Signori adalah Staf RSJ Aceh, Kuliah di Norwegia dan aktivis World Achehnese Association.