WAA - Sabtu 31/12/12, Di ujung-ujung tahun 2011 ini, menjelang masuk tahun baru 2012 sangat jauh berbeda dari pada tahun-tahun sebelumnya, mengikut kebiasan di Denmark salju mulai turun pada bulan nobember, tapi entah mengapa hingga tinggal sehari lagi saja perayaan malam tahun baru salju belum juga ada tanda-tanda jatuh.
Salju bagi orang denmark menjadi hal yang memang penting, karena semua orang di sini ramai – ramai membakar mercun meriahkan tahun baru, saya terpikir apakah kerena keadaan dunia semakin tandus (panas), atau mungkin juga karena dunia sudah semakin jarak bergeser makanya salju belum jatuh, entahlah.
Orang Denmark dari jauh-jauh hari bekerja menabung duit untuk beli mercun, kalau kita kira bakar mercun itu padahal berasal dari budaya cina, tapi entah mengapa orang denis bisa terpengaruh buang-buang duit untuk bakar mercun dan kegiatan ini boleh dikatakan sudah membudaya juga di Denmark, tidak bisa kita pungkiri memang kembang api itu sangat indah ketika pecah membakar di angkasa, ramai sekali yang keluar menyaksikannya.
Warga Aceh di Denmark sebenar nya suka juga main bunga api itu, tapi tertahan karena itu bukan budaya orang islam, maklum saja orang Aceh masih serasi dengan serambi mekah.
Bagaimana dengan di Aceh?
Kita harap masyarakat kita di Aceh tidak lah ikut-ikutan budaya orang cina atau budaya orang eropa, lagi pun orang aceh kan benar-benar islam, memang kita tau orang aceh butuh hiburan, tapi rasanya tak baik kalau duit di pakai untuk bakar mercun, walaupun orang aceh sudah banyak duit, tentunya masih ada tempat-tempat lain untuk menghabiskan duit, contoh nya di Aceh masih banyak orang miskin, kita boleh tolong orang miskin agar mereka juga bisa hidup senang, dengen saling memberi maka semua orang aceh akan kaya, jangan mau nya hanya kaya sendiri saja orang lain kita biarkan miskin itu sesuatu hal yang sangat tidak bagus dalam setiap komunitas.
Sebenarnya Denmark atau eropa sedang krisis ekonomi yang cukop parah, tapi mereka masih bisa juga buang-buang duit untuk bakar mercun, jangan heran itu lah kepandaian orang Denmark, dasar nya negara yang cukup miskin, negaranya kecil hasilnya cuma gandung, kentang, jagung, ayam, dan babi. Keadaan di Denmark dalam setahun petani hanya bisa bekerja normal cuma enam bulan, selebihnya tidak terlihat aktifitas bercocok tanam, tapi kenapa Denmark lebih bisa sangat maju dari Aceh, yang herannya selama saya di Denmark belum kedengaran ada pengumuman “ Denmark kekurangan makanan, karena tak bisa bertani enam bulan” tidak ada itu, nampaknya mereka benar-benar menggunakan otak untuk berfikir sebagi sebuah anugrah tuhan yang paling berguna, tidak hanya pandai berbicara, tapi pandai bekerja untuk membangun negara dan bangsanya.
Jika berpandu dari cara kehidupan orang Denmark, tak mungkin Aceh tak lebih maju dari Denmark, tinggal hanya pada pemakaian otak kita, apakah untuk maju atau untuk mundur, atau kajeut lagénjan (sudah cukup demikian), sangat tergantung pada orang Aceh “Aceh tapapah keu droe”.
Adi Alamsyah, Pembina ACDK (AC-Denmark) dan aktivis World Achehnese Association.