WAA News - Pada hari Sabtu 31/05/14, pukul
13:15 pertemuan sekitar 70 orang dewasa dan anak-anak dari berberapa komunitas
bangsa pada tempat VUK, (Voksenskolen
for Undervisning og Kommunikation) yang beralamat di Studivej 5, Nørresundby.
Tema dalam pertemuan acara
tersebut adalah " The Good Life ...for All ”. Dan kolaborasi kerjamasa yang
unik antara lembaga organisasi di Danmark untuk melanjutkan pekerjaan penting bagi
etnis minoritas serta menciptakan kesempatan yang sama bagi berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat seperti orang lainnya dalam kesamaan keragaman.
World Acehnese Association sebagai tuan rumah dalam
acara tersebut, maka sesuai dengan jadwal dan waktu koordinator WAA sekaligus protokoler
mulai membuka acara tersebut dengan mengucapkan selamat datang kepada semua
yang sudah menghadiri acara “ Kehidupan yang baik untuk semua ”. Kemudian
memperkenalkan diri, asal negara melalui peta dunia dan mengapa kami berada di Danmark
? serta mempunyai pemikiran dengan kawan-kawan untuk membuat organisasi persatuan
masyarakat Aceh seluruh dunia dalam beritegrasi sebagai masyarakat baru di
negara maju.
Dalam tahapan memperkenalkan diri itu, menceritakan
sedikit tentang kisah suaka politik dan mencari perlindungan hidup pada badan
UNHCR karena terancam hidup di Negara asal yaitu Aceh, akibat perang puluhan
tahun yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan serdadunya terhadap
masyarakat Aceh. Walaupun hari ini secara nyata prang senjata sudah berhenti di
Aceh tetapi pemerintah Indonesia masih menciptakan prang misteri di Aceh dalam
kedaan damai. Begitu ujar koordinator WAA di akhir tahapan pembukaan acara.
Kemudian giliran ketuan organisasi HD, Dorthe Stief
Christensen memperkenalkan diri dan memberi ucapan terimakasih kepada semuan
dan kepada organisasi World Acehnese Association yang sudah siap sedia menjadi
tuan rumah untuk pertemuan bersama.
Menanyakan tentang kelezatan makanan Aceh (photografwaa, Aris) |
Selepas itu, mempersilakan anggota dari lembaga
organisasi penyandang cacat di Danmark dan etnis minoritas. Asghar Azizi yang
berasal dari Iran yang memiliki multiple sclerosis dan Amara Kamara dari
Liberia, yang hidup dengan menggunakan satu tangan karena di tembak sewaktu
tinggal dinegara asal sehingga tangannya harus diamputasi. Mereka tetap tegar
dan besemangat dalam meluncurkan sebuah dialog yang menarik tentang kehidupan
yang baik, dengan berbicara tentang kehidupan mereka sendiri dengan cacat dan
etnis minoritas dan bagaimana menjadi relawan dalam organisasi untuk membantu
sesama dalam mencari jalan keluar dari kesepian dan isolasi. Kata mereka dalam
penutupan dialog.
Para peserta sedang minum dan makan kuweh Aceh (photografwaa, Aris) |
Pukul 14:30
istirahat untuk makan bersama dan peurasa makana Aceh yang sudah dibuat oleh
anggota organiasi WAA dengan beberapa menu. Diantara nya nasi Guri, nasi
lemak kuning, dan nasi putih beserta lauk pauknya. Dana dalam pembuatan makanan
tersebut juga disapot oleh lembaga HD melalui kolaborasi kerjasama yang unik baru-baru
ini antara World Acehnese Association, Amnesty International, Dansk Flygtningehjælp,
FrivilligAalborg og handicapforeningerne di Aalborg.
Selepas makan, acara dilajutkan dengan sesi tanya jawab
sesuai dengan tema yang ditanya oleh peserta, kemudian wakil-wakil dari
organisasi tersebut akan menjawabnya. Di penghujung acara, sambil minum kopi
dan mencicipi kuweh-kuweh Aceh. Para hadirin semua juga dihiburkan dengan
tarian Aceh ” Bungong Jeumpa dan Peunganten Baroe ” oleh Group tarian anak-anak
Aceh yang ada di Danmark, hingga puncak penutupan pada pukul 17:00 sore.
Dalam pertemuan tersebut, semua
anggota dari organisasi-organisasi yang hadir dalam kegiatan kerjasama merasa sangat
terkesan dan menyenangkan karena dapat bertemu dan mengenal satu sama lain dengan
berbagai etnis bangsa dalam suasana keramahan, juga saling menghargai dalam
melihat peluwang baru untuk melakukan pekerjaan sukarela, apalagi dapat makan
makanan Aceh yang sangat lezat dan cukup memuaskan.
Seorang jurnalis Danmark sedang mengambil nasi (Photografwaa, Aris) |
Mereka berharap bahwa lembaga organisasi-organisasi
sosial akan mencapai tujuan, GOOD LIFE TO
ALL dan hidup aktiv berpartisipasi dalam masyarakat, karena sama hak dan peluang
untuk semua orang, tidak ada perbedaan dari tubuh yang cacat atau latar
belakang etnis minoritas.” Ungkap Danny
Dalgaard dari organisasi Hjernesagen ”.
Oleh Koordinator WAA
Hassan Basri
Hassan Basri