Memori sejarah perjuangan bangsa yang terukir, 04/12/1976 |
Namun perjuangan rakyat Aceh untuk
melawan belanda belum berakhir disitu saja. Sejarah telah mengukir, perjuangan Teungku
Cik Maat di Tiro diteruskan kembali oleh pejuang-pejuang yang selamat dalam pertempuran di Alue Bhot
ketika itu.
Dengan perjalanan waktu dari
tahun ke tahun yang penuh dengan berbagai jeritan kelam yang menimpa bangsa Aceh,
tambah lagi dengan tipuan muslihat Presiden Sukarno pada masa Abu Beureuéh dulu
sehingga bangsa Aceh terjebak dalam sangkar jajahan republik yang berkepanjangan.
Alhamdulillah, dengan lahirnya sosok pemimpin Aceh almarhum Teungku Hasan
Tiro yang mampu membuka minda bangsa
Aceh secara umum, dan membangun semangat untuk terus berjuang dalam
mempertahankan marwah bangsa sehingga mampu melihat kembali jati diri sebagai anak
bangsa yang mempunyai hak mempertahankan tanah endatu, kemerdekaan dan kedaulatan
secara menyeluruh.
Sungguh luar biasa, bahkan beliau
mampu membuka mata dunia terhadap Aceh dengan
membangkitkan roh sejarah bangsa Aceh yang begitu konflek melalui buku-buku
karya nya. Almarhum Wali Neugara Teungku Hasan Tiro tidak berhenti berperang
dengan pena disitu saja, tapi beliau terus begeliat dalam bergerylia memperjuangkan
kemerdekaan Aceh dan pada tanggal 4 December 1976 mengangkat kembali
takbir di gunung Halimon bersama pejuang-pejuang jajaran Angkatan Aceh Merdeka sebagai
hari kembali kadaulatan Aceh sebagai negara yang merdeka.
Kini Proklamator Aceh Merdeka telah
tiada, hanya sejarah perjuangan beliau dan karya ciptanya yang terus membuka
mata anak bangsa untuk meyambungkan mencapai cita-cita mulia. Padahal banyak pengikut
dalam barisan GERAKAN ACEH MERDEKA mengatakan
sumpah setia untuk melanjutkan perjuangan bangsa dengan mengorbankan tenaga, pikiran,
harta, darah dan nyawa.
Realita perubahan perjuangan politik
dalam skala perdamaian Aceh yang bergelora, namun tidak menduga banyak tokoh-tokoh GAM yang dulu setia untuk melawan
Jakarta dalam membebaskan bangsa terdiam entah dimana.
Apakah mereka tidak bersuara
kerna lupa pada sumpah setia atau hanya pura-pura gila untuk membalikkan nilai
sejahtra kerabat keluarga tanpa memikirkan masa depan regenerasi bangsa ?
Riyuh piyuk suara orang-orang yang
mengaku pejuang terus membahana di mana-mana, dan mereka berkata ini semua untuk
perjuangan bangsa dan negara Aceh. UUPA dan memorendum of understanding (MoU) yang di tandatangani 15 Agustus 2015 di
Finlandia adalah mumudahkan banyak cara, Aceh hanya enam perkara yang masih
berurusan dengan pemerintah reblik indonesia.
Selera anak bangsa terkesima dengan
semangat perdamaian dunia sehingga mantan-mantan TNA pun berlomba-lomba dengan
segala cara untuk mendapatkan mandat sebagai penguasa dalam roda pemerintahan sendiri
(pemeurintah tamat keudroë) dengan upaya
menjalankan semua amanah MoU yang tertunda akibat konflik internal yang membuta.
Entah apa yang terdusta !
Padahal program dan sistem dalam instansi pemerintah Aceh yang digunakan hanya kopi
pasta, berarti kekususan Aceh bagaikan tubuh yang tidak mempunyai jiwa.
Begitu juga kredibilitas wakil rakyat Aceh hanya menjelma sebagai birokrasi
merajalela, seakan pemerintahan wasiat pusaka keluarga mereka.
Inilah fakta yang terbaca oleh
lembaga World Acehnese Association (WAA), maka keadaan kepercayaan anak bangsa hampir
kadaluarsa pada pemimpin bangsa. Jangan salahkan regenerasi bangsa kalau idiologi
perjuangan bangsa terus membara. Karena perilaku kedustaan saudara-saudara yang
mengabaikan hak-hak rakyat Aceh yang sudah puluhan tahun didera derita.
Namun bagaimana mungkin jiwa
dalam sangkar bineka berkeinginan ingin merdeka! ya, paling tidak berdoa kepada
tuhan yang maha kuwasa untuk kebaikan bangsa kita, mungkin saja kalau mereka
pulih dari penyakit lupa ( wakil rakyat, kepala pemerintah seluruh aceh dan
elemen bangsa Aceh) mempunyai nyali keberanian, kompak, tegas dan tidak
melupakan sumpah setia untuk betul-betul memperjuangkan harkat dan martabat
rakyat Aceh tercinta dengan hati nurani yang ikhlas walaupun jaman berbeda.
Selamat memperingati hari
perjuangan bangsa Aceh / GAM yang ke 38 tahun, 4 December 1976 – 4 December 2014.
Maka, Sudah sepatut nya bagi
pemerintah Aceh sekarang untuk
mengumumkan kepada masyarakat Aceh bahwa pada setiap tanggal 4 desember merupakan
hari berkabung nasional. Dimana kita sebagai regenerasi bangsa akan mengenang para
syuhada dan jasa para perjuangan endatu yang
begitu besar tempo dulu dalam mepertahankan kadaulatan Aceh dari
serangan penjajah belanda dan konflik bersenjata selama 30 tahun dengan
pemerintah republik Indonesia.
Koordinator WAA
Nek hasan