Shalat Hari Raya Idul Adha 1437 H di Meunasah Aceh Aars `Denmark`

WAA : Senin 12/09/16, di pagi hari yang penuh berkah ini, bertepatan 10 Zulhijjah 1437 H, suara takbir bergema diseluruh dunia untuk menyambut hari raya Haji. Tidak ketinggalan bagi rakan rakan aceh yang bermukim di Danmark, mereka mengambil peluang dan kesempatan di pagi hari raya Qurban berkumpul lebih awal untuk melakukan takbir dan melaksanakan shalat hari raya Idul Adha di meunasah Aceh Aars.

Sesuai dengan jadwal waktu yang sudah di tentukan oleh panitia meunasah Aceh bahwa Shalat sunat hari raya Idul Adha dimulai pada pukul 09:30. Imam untuk shalat hari raya Idul Adha beserta dengan khatib di percayai kepada Tgk.Hassan Basri Sulaiman. Selesai shalat hari raya idul Adha, khatib melanjutkan dengan khutbah. 

Ini petikannya:Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT, kita biasa berkumpul untuk sama-sama agungkan nama-Allah, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung, tiada yang patut di sembah kecuali Allah.

Kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT Melaksanakan shalat " Idul Adha " sampai tahun ini. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai bukti menyerahkan perasaan taqwa kita kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, melalui mimbar itu beliau mengingat kepada diri sendiri dan juga kepada hadirin jamaah shalat Idul Adha sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Disamping Idul Adha dinamakan juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Begitu juga dengan perintah Allah SWT untuk mengqurbankan putra kesayangan nya Nabi Ismail. Tapi Nabi Ibrahim, nabi Ismail maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Maka, hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.

Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:

1. Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang shaleh, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rasul-Nya.
2. Perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
3. Janganlah mengikuti bujuk rayu syaithan, karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata.
4. Jangan dipelihara dan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita kesombogan dengan Allah.


Perjuangan itu tidaklah mudah, pasti memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan perayaan Idul Adha tahun ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara sesuai perintah Allah SWT. " begutulah pesan singkat yang disampaikan oleh Tgk.Hassan dalam khutbah hari raya Qurban ini ".
Setelah menyempurnakan shalat sunat Idul Adha, para jamaah saling mendekati satu sama lain untuk bersalaman dan meminta maaf dengan sesama. Suasana di meunasah aceh penuh persaudaraan dan ceria di pagi hari raya, kemudian rakan-rakan melakukan silaturrahmi hari raya kerumah saudara-saudara Aceh di kota Aars, seperti halnya budaya di Aceh pada saat berhari raya.

Sektaris WAA
Wareeh
Previous Post Next Post