![]() |
Tgk Safrizal July, S.Pd.I. |
WAA – Minggu 19/04/2009
Kemenangan PA dukungan rakyat
OPINI – Hasil dari penghitungan sementara, Pemilu Legislatif 2009 menampilkan Partai Aceh menang telak di tingkat lokal dan Partai Demokrat menguasai Aceh untuk tingkat pusat.
Menurut Informasi terakhir, yang diperoleh Juru Bicara PA (Adnan Bueransyah), PA masih mendominasi perolehan suara di semua kabupaten/kota di Aceh. Dipaparkannya, Aceh Besar (75 persen), Pidie (95 persen), Pidie Jaya (90 persen), Bireuen (98 persen), Aceh Utara (95 persen), Lhokseumawe (97 persen), Aceh Timur (90 persen), Langsa (75 persen), dan Aceh Tamiang (70 persen).
Selanjutnya Aceh Jaya (70 persen), Aceh Barat (75 persen), Nagan Raya (80 persen), Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan (75 persen), Simulue (70 persen), Singkil dan Subulussalam (65 persen).Kemudian Aceh Tenggara (60 persen), Aceh Tengah dan Bener Meriah (48 persen), dan Gayo Luwes (70 Persen).
Ini merupakan kemenangan yang mutlak di peroleh PA. Padahal sebelumnya dalam proses pendirian partai PA mendapat tantangan dan banyak cobaan.
Tidak lama setelah pendiriaannya PA juga terpaksa menghadapi berbagai tantangan diantaranya. Pertama, penembakan sejumlah caleg dan kadernya oleh ‘orang tak dikenal’ (OTK). Kedua, pelemparan granat ke rumah sejumlah mantan petinggi GAM yang kini tertampung dalam Komite Peralihan Aceh (KPA). Ketiga, pembakaran beberapa posko PA di Kecamatan Panga dan Sampoinet (Aceh Jaya), akhir Febuari lalu. Keempat, teror yang tak henti-hentinya oleh serdadu, milisi, dan OTK terhadap konstituen PA di Tanah Gayo, sejak Juli 2008.
Kelima, vandalisasi baliho-baliho caleg PA di Tanah Gayo, Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya. Dan keenam, pembubaran pertemuan PA oleh polisi di Aceh Barat Daya (Abdya).
Kita berharap kemenangan PA ditingkat dan Demokrat di aceh tidak dipahami sebagai kemenangan kelompok, melainkan kemenangan seluruh rakyat Aceh, seperti tercermin dalam pernyataan Ketua DPA Partai Aceh, Muzakkir Manaf, yang menyebutkan bahwa kemenangan PA sebagai kemenangan rakyat Aceh.
Kemenangan mutlak tersebut, hendaknya tidak menjadikan PA merasa sudah di atas angin, dan karena itu mengabaikan keberadaan komponen-komponen yang lain.
Kita sangat berharap, tidak terjadi tirani mayoritas yang justru menggiring Aceh dalam kondisi tidak menentu. Sebab, seperti kita yakini bersama, untuk mengubah Aceh tidak cukup mengandalkan satu kelompok saja, melainkan perlu melibatkan kelompok lain, yang juga memiliki peran dan pendapat.
Pendapat-pendapat mereka juga perlu didengar. Kemenangan itu juga harus dipahami sebagai kemauan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar. Pasalnya, memenangkan Pemilu demi sebuah kursi atau kekuasaan bukanlah segala-galanya. Hakikat demokrasi bukan siapa mengalahkan siapa, melainkan bagaimana amanah yang diberikan oleh rakyat dijaga dan dipergunakan seperlunya.
Banyak hal dan masalah yang mesti diselesaikan. Seperti, misalnya, bagaimana menjaga keberlanjutan perdamaian Aceh, termasuk memperjuangkan penyempurnaan UU PA.
Dengan kemenangan PA yang merupakan partai yang dibentuk oleh mantan kombatan dari GAM membuktikan bahwa dulunya GAM didukung oleh seluruh rakyat aceh. Tidak seperti yang dituduhkan oleh sebagian orang bahwa Partai Aceh tidak mewakili aspisari seluruh rakyat aceh. Akan tetapi dengan kemenangan PA secarah mutlak diseluruh aceh membuktikan bahwa PA merupakan perwujudan dari aspirasi seluruh rakyat aceh.
Ada hal lain yang tidak kalah menariknya adalah bahwa pemilu kali ini merupakan pemilu yang paling aman di aceh sepanjang era reformasi.
Tak ada insiden kekerasan dalam proses pemungutan suara pada pemilu yang berlangsung di semua wilayah diaceh.
Prosesi pemilihan berjalan lancar, meskipun ada laporan terjadi intimidasi dan pemaksaan untuk memilih partai tertentu. Tetapi, tak ada kekerasan fisik yang bisa mencoreng pelaksanaan Pemilu damai. Kondisi ini semakin membuktikan, bahwa rakyat Aceh bisa menjaga suasana perdamaian, dan mampu berpolitik secara santun. Hal ini tentu saja berbeda di tempat-tempat lain, di mana pelaksanaan Pemilu sering berwujud dan berakhir dengan aksi anarkis.
Padahal sebelumnya, menjelang pelaksanaan Pemilu, kondisi Aceh memanas.
Setiap hari kita disuguhi berita penggranatan sekretariat Partai, pembunuhan atau penembakan pengurus partai, sertai berita tentang penghilangan atau perusakan atribut sejumlah partai. Namun, ketegangan itu hanya terjadi setelah Pemilu berlangsung. Saat pelaksanaan pemilu, kita tak mendengar ada TPS yang dibakar, ada petugas pemilihan yang kena bogem, atau perusakan kertas suara.
Pemilu berjalan tertib, meski intimidasi dilaporkan masih terjadi. Tetapi, secara keseluruhan, Pemilu di Aceh tanpa insiden yang dapat merusak proses pemilihan umum pada 9 april 2009 yang lalu. Ini membuktikan bahwa rakyat aceh cinta terhadap perdamaian dan demokrasi yang bebas dari tekanan dan penindasan.
Kualitas Partai Aceh (PA) dalam realita.
Sebagaimana kita ketahui bahwa PARTAI ACEH (PA) merupakan partai yang bersifat local yang didirikan oleh mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai realisasi dari MOU helsinki tentang pendirian partai local di aceh. PA merupakan partai baru yang belum memiliki pengalaman dalam pemilu seperti partai lainnya yang bersifat nasional dan sudah mengakar ditengah tengah masyarakat dan memiliki dana yang sangat banyak.
Disamping dari pada itu CALEG dari PA hamper semuanya orang baru dari kalangan para pemuda yang mantan kombatan yang belum berpengalaman dalam persaingan yang sangat ketat. Lebih dari itu banyak CALEG dari PA yang tidak memiliki gelar akademis bila dibanding dengan partai yang lain seperti GOLKAR, PDIP, PKS serta partai local seperti SIRA dan lainnya.
Walaupun demikian ternyata kepercayaan masyarakat dalam mendukung PA tidaklah surut.
Bahkan memperoleh suara terbanyak dalam pemilu. Masyarakat menilai bahwa untuk menjadi anggota legeslatif gelar merupakan hal yang tidak di pentingkan. Ini berdasarkan pengalaman yang sebelumnya bahwa dewan yang memiliki gelar tidaklah efektif dalam memperoleh kemakmuran masyarakat. Bahkan merekalah yang melakukan KKN. Yang terpenting adalah komitmen mereka dalam membuat keputusan dalam mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat.
Harapan kepada Partai yang menang.
Kita berharap, kemenangan PA dan Demokrat di Aceh, harus dibaca sebagai keinginan orang Aceh untuk terus mendukung perdamaian. Kepemimpinan SBY dianggap bisa merawat perdamaian secara berkelanjutan.
Sebuah keberhasilan yang patut disyukuri atas karunia Allah SWT yang maha kuasa. Kami juga mengucapkan Syukran Katsiran wa Jazakumullahu Khairan kepada masyarakat Aceh yang telah memberikan dukungannya terhadap Partai Aceh.
Kemenangan ini bukanlah sebuah kebanggaan. Namun harapan ke depan perlu di perhatikan. Yakni, harapan mayoritas rakyat Aceh yang telah mempercayai PA menajdi wakil mereka di parlemen. Harapan rakyat Aceh terhadap PA untuk bisa menjadi motor penggerak perubahan masa depan Aceh yang cemerlang.
Membawa Aceh maju, mampu bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia. Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh PA yang memenangkan pemilu.
Jangan sampai dukungan dari rakyat ini terabaikan sehingga kedepan timbul ketidak percayaan dari masyarakat aceh.
Telah banyak bukti yang kita lihat di negri ini tenang partai yang meraih kemenangan dengan dukungan rakyat seperti PDIP misalnya. Karena terkekang dimasa suharto dan selalu diintimidasi sehingga mereka didukung oleh rakyat dimasa reformasi. Akan tetapi sekarang reputasinya terpuruk karena kemenangannya tidak dapat membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Apabila disa’at PA memimpin aceh baik legeslatif maupun eksekutif nantinya banyak berbuat kecurangan dan korupsi. Ini sangat kita khawatirkan menjadi sebuah jebakan dari RI untuk memasukkan anggota legeslatif dari PA kepenjara karena kasus korupsi dan penyimpangan keuangan lainnya. Apabila ini terjadi maka akan hancurlah cita-cita dari PA untuk memakmurkan aceh kedepan.
Makanya dari sekarang PA harus membuat komitmen dengan para CALEG yang lolos untuk menjadi anggota legeslatif dengan memegang amanah dan berupaya untuk memperjuangkan aspirasi rakyat aceh.
Dan kepada partai lain yang kalah, kita juga berharap jangan berputus asa, kecewa, apalagi stress. Kegagalan harus dideskripsikan sebagai kesuksesan yang tertunda. Sebagian rakyat juga memilih anda, itu artinya mereka juga menginginkan anda untuk ikut membantu menjadikan Aceh maju. Namun yang suaranya terbanyak itulah yang terbaik di mata rakyat, mampu, ideal, dan dipercayai oleh rakyat untuk menjadi wakilnya di Pemerintahan Aceh selama lima tahun mendatang. Semua pihak diharapkan untuk mampu menerima dan bisa bekerjasama demi kemajuan Aceh.
Penulis adalah Safrizal July, S.Pd.I Aktivis World Acehnese Association ( WAA )