Ramadhan Memperkukuh Silaturrahmi Warga Aceh Denmark

Anak-anak Aceh Denmark ikut buka puasa bersama pada Sabtu 05 september 2009
(bertepatan 15 ramadhan) di Kaas, Denmark.[Foto Iwan/Waa].

WAA  – Rabu 16/09/2009, DENMARK - Masyarakat Aceh di kenal dengan ketangguhannya dalam musafir. Salah satu bukti, hingga hari ini bansa Aceh sudah menyebar merata sampai kepelosok dunia bahkan diseluruh benua.Tertolak atas alasan apa masing-masing, mengapa mereka harus meninggalkan kampung halaman, bisa saja karena melanjutkan pendidikan, bekerja, ikut keluarga, tukar negara (Refuge) dan sebagainya.

Yang pasti Bansa Aceh hari ini berada di mana-mana dan kemana-mana. Maka saat ini pulalah waktunya menjalin komonikasi sesama sebaik mungkin untuk membangun Aceh, Negri di mana si ibu melahirkan kita. Di Denmark misalnya masyarakat Aceh yang berjumlah ratusan orang, sekali pun tidak mencecah angka lima ratusan, namun Denmark tetap merupakan salah satu negara yang paling ramai di tempati orang Aceh di Eropa.

Ismarlin putra banda Aceh yang sering di panggil Banda oleh teman-teman Aceh di Denmark, mengungkapkan rasa rindu terhadap kampung halamannya berlebihan ketika bulan ramadhan, apa lagi kalau ingat hari raya katanya, yang di iya-iya kan oleh orang-orang di samping Ismarlin sejurus selepas berbuka bersama di Denmark.

Ada juga yang mengutarakan kita harus persiapkan kepulangan secara beramai-ramai ke Aceh untuk lebih semarak atau dengan kata lain pulang berjamaah. InsyaALLAH mudah mudahan dengan izin ALLAH niat kita akan tercapai hendaknya, sambung Banda yang sudah 4 tahun menetap di Denmark.

Ternyata berjauhan dengan tanah endatu semakin mempererat rasa cinta terhadap kampung halamannya masing-masing. walaupun hidup jauh di perantauan yang namun jiwa tetap tertanam rasa ke Acehannya yang sangat tinggi.

Di saat bulan ramadhan tiba, suasana di Denmark tentu jauh sekali perbedaannya dengan di Aceh yang tidak terdengar suara syahdunya tadarus dan bunyi tambo atau pengumuman dari bilal untuk bangun makan sahur, tidak ada bunyi serunai atau beduk sebagai tanda berbuka.

Warga Aceh Denmark sedang melakukan sembahyang terawih berjamah, ramadhan 1430 H (2009)
 [Foto Ruyani M.Daud/Waa].

Untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat ini, sebahagian masyarakat Aceh Denmark ikut melaksanakan kegiatan berbuka puasa bersama dan sembahyang tarawih berjamaah secara bergiliran dari rumah ke rumah seperti halnya safari Ramadhan kalau di Aceh, kata Usman Idris salah seorang yang sudah melaksanakan ibadah puasa selama empat tahun di negeri minoritas muslim.

Namun perasaan tegar tetap menjalar di tubuh warga Aceh. Hal itu terlihat sekali ketika tat kala di adakan kenduri buka puasa bersama sabtu 05 september 2009 (bertepatan 15 ramadhan).

Sekalipun tidak di hadiri oleh seluruh warga Aceh Denmark yang tinggalnya berjauh-jauhan, namun sebuah rumah yang terletak di Region Nordjylland, Jammerbugt Kommune, tepatnya di Kaas, di mana acara dilaksanakan tetap penuh dengan tamu yang datang.

Pada hari tersebut kami berbuka puasa pada jam 8:09 waktu Denmark dengan fajarnya jam 4:08 menit. Jadi puasanya sedikit lebih panjang dari di Aceh, tapi semunya ceria menanti saat-saat berbuka.

Setelah selesai berbuka dengan kuweh mueh tidak ketinggalan tentunya Boeh Rom-rom , acara di lanjutkan dengan sembahyang Magrib berjamaah lelaki dan perempuan.

Selepas shalat di lanjutkan dengan makan bersama, sembari bertegur sapa (peugah-peugah haba), sambil menanti waktu masuknya sembahyang Isha.

Dalam kesempatan itu berbagai cerita menjamu saat masa pouse (rehat) tersebut, hinggakan ke ide sudah sepatutnya kita harus ada satu meunasah, balai atau rumah Aceh sekurang-kurangnya, agar kita di Denmark dapat selalu berkumpul baik sebulan sekali atau sebagaimana mestinya. Namun itu masih hanya wacana-wacana saja, sebab hal yang demikian butuh dana besar di Denmark.

Jarum jam telahpun menunjukkan 10:25 betanda waktu sembahyang Isha sudah masuk pada hari tersebut, berdasarkan imsakiah yang di edar islamicfinder.org melalui websetnya.

Tgk Ansari Muhammad di percayakan menjadi imam sembahyang Isha sekaligus shalat terawih hingga selesai pada malam tersebut, mudah-mudahan kegiatan seperti ini terus berkembang dari tahun ketahun, semoga amal ibadah kita di terima di sisi ALLAH.

Akhir kata penulis mewakili teman-taman di Denmark mengucapkan seulamat hari raya Aidil Fitri, Minal Aidin Wal Faizin, mohon maf lahir dan batin, Demikian tulis Nek Hassan aktivis WAA Denmark, [Tarmizi Age/Aktivis Waa berdomisili di Denmark]
Previous Post Next Post