Aggota KPA/GAM Selesaikan Masalah Tim Nas Aceh di Paraguay

Jalwandi kelahiran Nagan Raya (Lompat) sedang melakukan Latihan fisik, 13 pebruari 1993 bersama dengan pelatih baru Profe Luis [Foto Nasruddin Ali,S.Pd/Waa].

WAA  – Selasa 15/12/2009 Laporan Dari Paraguay Oleh: Tarmizi Age

PARAGUAY - Kehadiran tim 6 (enam) dari Aceh ke Paraguay laksana udara segar yang kembali bertiup sehingga membuat Tim Sepak Bola Aceh Usia 16 yang sedang berguru di Paraguay America selatan kembali ceria, mana tidak nya, berakhir sudah berbagai kemelut dan problema harus di rasakan  selama se tahun lebih di tangan agen PT Sancez Gol Management atau tepatnya dari awal Agustus 2008 sampai dengan pertengahan November 2009,  kendala-kendala harus di terima dan di rasakan oleh atlit-atlit serta guru-guru pendamping mereka yang sedang menuntut ilmu persepak bolaan di Paraguay America latin.

Setelah lama di balutu masaalah, baru pada tanggal 19 November 2009 datangnya Tim Evaluasi dari Aceh. Sebenarnnya rencana awal Timini dinamakan dengan tim sebelas (11 orang), namun dengan penuh pertimbangan maka tim sebelas di rombak menjadi Tim enam (6 orang) yang di pimpin lansung oleh Sofyan Daud sebagai ketua tim, turut di anggotai oleh Ayah mirin, Ayah Kuari, Abu Badawi, Kadispora T Rayuan Sukma dan Kepsek SMA negeri 9 Banda Aceh Dra. Hj Aisyah M Ali,M.Pd, sedangkan dari pihak Kedutaan di pimpin sendiri oleh duta besar RI di Argentina Pak Sunteng Manurun, serta Alamsyah, dan Veronica yang membawahi tiga (3) negara terdekat yaitu Argentina, Paraguay, Uruguay, merka datang lebih cepat empat (4) hari dari Tim 6 sampai di Paraguay.

Setelah mereka beristirahat satu malam di Hotel Crow Plaza yaitu di pusat kota Asuncion ibukota Paraguay, besok paginya ke 9 orang mereka langsung menuju ke kantor pemerintah, untuk membicarakan berbagai masaalah terkait dengan anak-anak aceh di Paraguay.

Pertemuan ini di pimpin lansung oleh duta besar sendiri yang ikut serta dalam tim delegasi ini. Walaupun permasalahannya cukup rumit hampir-hampir mereka, bahkan hampir saja mereka kewalahan dalam menghadapi serta memberi alasan yang tepat biar pihak kantor pemerintahan terkait di Paraguay percaya pada tujuan mereka datang.

Masih pada hari yang sama pukul 15.00 waktu Paraguay, baru mereka dapat bertemu sekaligus melihat anak-anak aceh yang pada saat itu sudah di pindahkan ke hotel Los Alpes Sambenardino dari hotel Olim Pico Lueque. Di Hotel Los Alpes lah mereka menemukan anak-anak yang umumnya sangat marah atas kedatang Tim 6 dari aceh, sedangkan saat itu hanya suara Dubes pak Sunteng Manurung yang masih sangat di percaya karena beliau di saat atlit tersebut menerima perlakuan yang tidak senonoh oleh pihak agen, sering datang meliat dan memberi semangat pada mereka.

Hampir tiga (3) jam pertemuan dengan atlit yang di pimpin oleh Sofyan Daud tidak membuahkan satu hasil yang pasti, namun karena semangat dan tujuan Sofyan Daud dan kawan-kawan yang tidak pernah kenal kata-kata pantang mundur dan menyerah sebelum berhasil dengan menegdepankan  sopan santun, norma-norma orang Aceh terus merangka  hubungan diplomatik dengan Paraguay.

Besoknya Tim 6 plus 3 orang dari pihak kedutaan membagi tugas masing-masing yaitu Sofyan Daud dan Kadispora T Rayuan Sukma bersama Dubes Pak Sunteng Manurung pergi untuk menemui pihak-pihak kantor pemerintahan terkait di Paraguay, sedangkan Ayah Kuari ( Abulah), Ayah mirin, Abu Badawi serta Kepsek SMA 9 Banda Aceh Dra. Aisyah M Ali, M.Pd menemui anak-anak atlit yang masih sangat ngotot untuk pulang karna mereka anggap saat itu kedatangan Tim ini hanya membawa angin surga saja.

Sofyan Daud (Depan) Eks- Juru bicara GAM, saat bersama guru pembimbing dan anak-anak Aceh di Paraguay [Foto Nasruddin Ali,S.Pd/Waa].
Sesudah dua hari keberadaan Tim 6 di Paraguay, anak-anak lansung di pindahkan dari hotel Los Alpes Sambenardino ke Hotel Santo Domingo Lambareh pinggiran Asuncion, besoknya Kaadispora, Kepsek, Ayah Kuari, Abu Badawi meninggalkan Asuncion Paraguay menuju Jakarta Indonesia.

Untuk saat ini maka tinggallah dua orang pejuang yang sangat setia pada anak-anak bangsa yaitu Sofyan Daud dan Ayah Mirin (Izil Azhar) bersama rombongan Dubes RI untuk Argentina di Paraguay hinggakan mereka berdua harus berlebaran hari raya Idul Adha di negara yang manyoritas Kristiani Khatolic bersama anak-anak aceh yang kesemuanya mencapai 34 orang.

Pada tanggal 27 november 2009 setelah semuanya di selesaikan dengan damai  aman tenteram bijak  maka akhirnya memutuskan bahwa pihak managemen penanggung jawab di ganti dari PT Sancez Gol Managemen ke Club Escuela de Futbol Mpoly yang di pimpin oleh Mr Carlos Broni berkebangsaan Italia, dengan menjadikan pihak kedutaan dan konsul kehormatan Indonesia di paraguay di berita tanggung jawab dalam pengawasan program ini.

Setelah selesai menyerahkan tugas ini ke masing-masing orang penanggung jawab termasuk di dalamnya para guru dan atlit, Sofyan Daud dan Ayah Mirin langsung menuju bandara internasional Silvio Petti Rosi Paraguay pada pukul 19 waktu setempat meninggalkan Asuncion menuju Sanpaulo Brazil dengan menumpang pesawat TAM.

Alhamdulillah paska kepulangan (Tim 6) anak-anak atlit sepak bola U 16-Aceh yang sedang menuntut ilmu di paraguay sudah kembali bersemangat dalam melakukan aktifitas latihan seperti dulu, apalagi semuanya sudah di ganti atau di rombak total. Para atlit juga bersemangat dengan pelatih baru yaitu Prof Luis Sosa sebagai kepala pelatih, di bantu oleh Jovier Brites, Marco Antonio Chea dan Jorge Triandafilide sebagai pelatih pemandu bakat.

Nampkanya sekarang apa yang telah di janjikan oleh pihak Tim 6 dari aceh sudah di penuhi walaupun dengan sangat susah dan tidak mudah untuk merubah sesuatu seperti Simsalabin, akan tetapi sebahagian besar kini seperti tempat tinggal yang masih di hotel Santo Domingo, makanan yang sangat mewah, jaminan kesehatan yang sudah mulai di terapkan dan begitu juga dengan transportasi yang sudah lumayan, demikian laporan Nasruddin Ali,S.Pd Tim Aceh di Paraguay kepada waa-aceh.org.

Tarmizi Age adalah Aktivis World Acehnese Assocition  berdomisili di Denmark
Previous Post Next Post