Belajar Dari Laskar Pelangi

Muhammad Armiyadi Signori Aktivis World Achehnese Association, Staf RSJ Banda Aceh, Mahasiswa Hedmark University, Norwegia [Foto/Dok/Waa].

WAA Kamis 21/01/2010, Belajar Dari Laskar Pelangi -OPINI, Oleh: Muhammad Armiyadi Signori

Pertengahan tahun 2007, telepon saya berdering, sohib saya, Irwan Saputra, yang sedang kuliah di Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di Banda Aceh, Liburan semester, dan mengajak saya untuk bertemu, menikmati sore bareng di salah satu kafe di Banda Aceh.

” Men, kamu harus baca buku ini.”, katanya sambil menyodorkan buku yang disampulnya tertulis laskar pelangi.
” Apa hebatnya buku ini ? ” tanya saya sambil membuka-buka buku tersebut, sejatinya saya memang tidak suka baca novel dan lebih senang membaca cerita pendek.

” Hebat banget, buku ini memoar dari penulis sendiri, namanya Andrea Hirata, dia anak miskin dari pulau belitung, ayahnya  buruh perusahan timah dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa di salah satu desa terpencil pulau Belitung Provinsi Bangka Belitung, tapi dia berjuang keras sampai akhirnya bisa melanjutkan kuliah masternya di Universitas Sorbon Perancis, beasiswa dari Uni Eropa. Buku ini lagi heboh-hebohnya di Jakarta.

Buku dan penulisnya juga sudah pernah di tampilkan di program acara Kick Andi, Metro TV,  karena buku ini telah memberi inspirasi pada banyak orang,”.  kawan saya memberi penjelasan singkat dengan mimik serius.

kemudian dia melanjutkan
” Buku ini ada empat, tapi yang sudah di terbitkan baru tiga, laskar pelangi, sang pemimpi dan edensor, buku yang keempat maryamah karpov belum di terbitkan, tapi kamu harus baca secara berurutan karena ceritanya bersambung”.

Itu kali pertama saya kenal dengan tetralogi novel karya Andrea Hirata di pertenganhan tahun 2007, Penjelasan singkat dari kawan membuat saya tertarik untuk memulai membaca buku ini . Tidak lama kemudian  saya tahu pasti, buku ini memang best seller dan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk tokoh-tokoh Nasional terutama orang – orang yang terlibat dalam dunia pendidikan.

Pulau Belitung menjadi terkenal karena banyak media baik cetak maupun elektronik memberitakan novel tersebut, bahkan salah satu stasiun televisi mengirim reporternya ke Belitung untuk mencari dan mewawancarai tokoh – tokoh yang ada di dalam buku laskar pelangi.

lebih hebat lagi kisah laskar pelangi di filmkan dan semua tokoh laskar pelanginya di mainkan oleh anak-anak asli pulau belitung dan sukses besar sehingga di ikuti dengan pembuatan sekuelnya, sang pemimpi, yang juga menuai sukses.

Pada saat membaca laskar pelangi, saya sangat tertarik dengan penggambaran totalitas ibu guru Muslimah dalam mengajarkan muridnya dan rasa hormat murid-murid terhadap gurunya serta perjuangan lintang, anak miskin  piatu tapi cerdas yang berjuang keras agar bisa sekolah ,namun akhirnya harus menyerah pada keadaan ketika ayahnya meninggal dunia (cerita seperti nasib lintang  ini pasti masih banyak di Aceh).

Buku kedua, sang pemimpi, lebih menarik, karena Andrea menghadirkan tokoh Muhammad Arai, sepupu jauh yang diangkat anak oleh orang tua ikal (tokoh Andrea Hirata dalam novel) setelah kedua orang tua Arai meninggal dunia.

Arai, orang yang selalu bisa menikamati hidup dalam situasi dan kondisi apapun serta dimanapun, tidak perduli sedang di hukum oleh guru sekalipun atau masalah besar lainnya, dia tetap menikmati suasana itu, menatap hidup penuh dengan optimisme. Bagi Arai bahagia tidak perlu di tunggu kedatanganya tapi kita yang harus selalu menghadirkan kebahagiaan itu.

“Bermimpilah karena Allah akan memeluk mimpi-mimpimu, orang seperti kita akan mati tanpa mimpi”.  Itu kata – kata dasyat yang di ucapkan oleh Arai, ketika mereka bersekolah di SMA Manggar pulau Belitung. Pagi sekolah dan sore jadi kuli pasar. Kata – kata ini yang membuat mereka tetap bermimpi agar bisa sekolah ke Eropa.

Buku ketiga, edensor, saya menamatkan buku ini dalam waktu dua malam. Saya telah memmbacanya berulang – ulang sampai saya tidak ingat sudah berapa kali membacanya. Buku ini benar – benar membakar semangat  dan membuat saya juga memberanikan diri untuk bermimpi , suatu ketika bisa  kuliah  dan menjelajahi Eropa sebagai backpakker.

Edensor ini menceritakan perjuangan dan pengalaman Andrea dan Arai ketika kuliah di Universitas Sorbon, Perancis. lengkap dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat Eropa. Yang paling seru adalah mereka menggunakan waktu liburan  untuk menjelajahi Eropa sampai Afrika dengan menjadi seniman jalanan.

Buku ke empat Maryamah Karpov, Buku ini menceritakan perjuangan lanjutan Andrea di Pulau Belitung setelah  menyelesaikan kuliahnya. Dia sempat menjadi pengangguran intelektual karena telah melepaskan satus pegawai negerinya ketika memutuskan berangkat kuliah ke Perancis. (Sekarang Andrea bekerja di PT Telkom cabang Bandung).

Andrea Hirata dan tetralogi laskar pelanginya telah mengajarkan banyak hal pada kita. Berani bermimpi, berharap dan berjuang mewujutkannya, tidak mudah menyerah terhadap keadaan, lebih banyak berbuat dan bekerja daripada mengomentari hasil kerja orang lain. hidup ini hanya persoalan tiga hal, usaha, doa, dan takdir.

Bung Andrea, terima kasih atas inspirasinya, saya salah satu dari sekian banyak orang yang terinspirasi dari novel anda untuk berjuang keras, “membaca sambil membaca” agar bisa  sekolah ke Eropa . Allah telah mengabulkan mimpi saya., kuliah di Eropa, beasiswa pemerintah Norwegia. Sekarang tinggal mewujudkan mimpi jadi backpakker,  tapi maaf bung Andrea, saya tidak bermimpi tentang Edensor di Inggris, mimpi saya sekarang adalah Sansiro di Italia.

Muhammad Armiyadi Signori Aktivis World Achehnese Association, Staf RSJ Banda Aceh, Mahasiswa Hedmark University, Norwegia
Previous Post Next Post