![]() |
Faisal Abdurrahman Aktivis World Achehnese Association [Foto/Dok/Waa]. |
WAA – Sabtu 23/01/2010 Salju Denmark dan Sadeup Aceh, Oleh: Tarmizi Age
DENMARK – Turunnya Salju membuat warga Denmark sangat gembira merayakan tahun baru kali ini. kira-kira dua minggu sebelum tahun baru tiba, salju sudah mulai turun memutihkan bumi Denmark yang subur dan datar. Hingga laporan ini di tulis salju paling lebat jatuh dari langit(turun) adalah pada sabtu dan minggu 9 dan 10 januari 2010, bahkan salju yang begitu banyak telah mengakibatkan ramai warga tidak bisa beraktfitas lebih banyak pada hari senin termasuk sulit untuk ketempat kerja karena jalan-jalan dipenuhi salju.
Salju mencapai 50 cm kala itu di satu-satu tempat, bahkan di tempat yang lain ada yang melebihi dari ukurang tersebut. Para pekerja pembersih jalan tak henti-henti bekerja memindahkan salju agar pengguna jalan raya bisa selesa menggunakan kenderaan masing-masing sekaligus untuk membuat transportasi lancar sebagaimana biasanya.
Denmark adalah sebuah negara yang berbatasan dengan jerman, negara ini di sebut juga dengan Scandinavia.
Denmark adalah negara empat musim yaitu musim Vinter (Sejuk), musim For år (Semi), musim Sommer (Panas) dan musim Efter år (Gugur).
Denmark memiliki ukuran 43,098.31km2 dengan jumlah penduduk mencapai 5,532,531, 90.5% bangsa Danish dan 9.5% adalah keturunan pendatang antara lain dari German, Sweden, Norwegia, Bosnia,Turki, Arab, Pakistan, Belanda, Kurdis dan lain-lain sudah barang tentu Aceh termasuk di dalamnya.
Gunung yang paling tinggi di Denmark bernama Ydingskovhøj letaknya di Skanderborg dengan ketinggian 172 m di atas paras laut.
Denmark merupakan salah satu negara yang amat tersusun administrasinya, dan tidak salah mungkin kalau dikatakan negara yang di rancang dengan baik, setiap keputusan yang diambil di designe dengan bijak sehingga jelas hasilnya, yang penting sekali selalu bermanfaat bagi seluruh rakyat untuk jangka masa yang sangat panjang.
Tidak ada istilah project teman dan project family segera lulus, apa lagi project seludup (ata geutanjoe taboeh nan goeb), hal-hal demikian tidak kedengaran di Denmark.
Nah kita kembali ke salju lagi. Musim Vinter (Salju) tidak menjadi halangan untuk masyarakat Denmark melakukan aktivitas hariannya seperti pabrik, sekolah, butik, kantor pemerintah, rumah sakit, dan bermacam-macam lainnya, ia tetap bergerak normal, beredar dan berputar seperti biasa.
Bagai mana dengan Aceh, sangat tidak sesuai untuk kita perbandingkan dengan Denmark, sekalipun Aceh pernah mengukir sejarah kegemilangannya bersama Eropa, itu hanya tempoe duloe. Kalau kita bicara Aceh Zaman kerajaan atau ”Aceh jameun kerajeun”(Aceh jameun keureueun) maka kita akan terlihat Aceh kini buram sekali, gelap, suram, tidak memiliki identitas yang jelas, bahkan bendera pun tak ada, tidak ada lagi prinsip kekususan, Aceh kini seakan-akan kaku dan carut dan marut.
Sekalipun saya bangga lahir di Aceh, tapi untuk zaman saya hidup tidak ada apa yang bisa di tonjolkan sudah tentu tidak ada apa yang bisa di banggakan, keculi konflik dan tsunami itupun karena banyak orang yang mati.
Sesekali saya merenungi, bagai mana Denmark bisa maju, padahal mereka punya musim-musim sulit seperti musim salju, sementara di Aceh tidak ada musim-seperti ini.
Aceh kenapa bisa ketinggalan sampai ratusan tahun dari Denmark?
Saya terkenang dengan ”sadeup” alat pemotong padi di Aceh, ”langai” alat pembajak sawah di Aceh antara alat yang masih aktif diguna pakai di Aceh, di Denmark sudah seratus tahun yang lalu dimesiumkan.
Lucu kan kalau kita pikirkan, kenapa orang Denmark bisa menggunakan tehnologi maju kenapa orang Aceh tidak? Mungkin juga dilarang undang-undang!
Entahlah sekarang Aceh negara “Self-Government”.
Sindal, Denmark
Faizal Abdurrahman salah seorang anak muda kelahiran Aceh yang menetap di Sindal, menceritakan.
Kota ini memiliki sebuah station kreta api sebagai salah satu kemudahan transportasi dan juga punya terminal Bus angkutan antar kota. Di kota ini terdapat beberapa keluarga orang Aceh, dan ada beberapa anak muda. Sekalipun sejuk kami tetap berjuang untuk hidup normal seperti warga denish.
Saat-saat turun salju indah sekali apalagi bagi saya salju (sne) adalah sesuatu yang baru dalam hidup saya, salju belum pernah saya lihat di Aceh, Denmark ternyata telah memperkenalkan saya lebih banyak yang baru.
Saya terkejut melihat para pekerja pembersih jalan, ditika orang lain masih tidur nyenyak di dalam selimut, mereka diluar sana tetap sabar ikut aturan kerja dalam ke adaan minus 11 dan 12, sesekali terselit juga ingatan, kalau di Aceh mungkin kolkaspun tak sesejuk ini.
Anak-anak Aceh di Denmark pun pada rajin kesekolah, mereka tak jadikan salju dan sejuk sebagai alasan untuk tidak hadir.
Memang patut menjadi impian bagi orang-orang yang tinggal di negara yang tak ber salju untuk melihat salju dan memegang salju sekalipun sekali saja dalam hidup, bahkan bagi orang yang berada di negara-negara di timur tengah, hujan saja sudah merupakan impian yang luar biasa, karena hujan jarang turun disana.
Jadi salju merupakan hal yang luar biasa bagi orang yang berangan-angan ingin melihatnya, namun sebaliknya bagi negara seperti Rusia, Denmark kadang-kadang menjadi beban, karena jika salju turun terlalu banyak warga akan sulit bergerak, jadi aktivitas ekonomi sedikit terhenti. Uang juga terpaksa di pergunakan untuk memindahkan salju dengan truck terutama di jalan-jalan utama.
Tarmizi Age adalah Aktivis World Achehnese Association berdomisili di Denmark