Mempopulerkan Sejarah Aceh Yang Hampir Hilang

Aiyub Ilyas

WAA Minggu 24/01/2010 Mempopulerkan Sejarah Aceh Yang Hampir Hilang, Oleh: Aiyub Ilyas

Sejarah merupakan identitas sebuah kaum atau bangsa. Namun sejarah sering diputar balikkan hanya untuk mengangkat derajat tanpa data atau fakta. Sehingga sering kali legenda diplintir seakan menjadi sebuah sejarah yang nyata, padahal tanpa nilai, alias bohong. Namun sering juga sejarah yang secara heroik terjadi dan dikagumi secara turun temurun seakan bak legenda tanpa fakta yang bisa dipercaya.

Kearifan sebuah kaum atau bangsa bisa dinilai dari bagaimana mereka melakukan dan menuliskan sejarahnya. Sejarah yang tidak ditulis dan hanya diceritakan secara terun temurun cendrung menjadi legenda yang akhirnya hilang ditelan masa. Ketika sebuah kaum atau bangsa tidak lagi memiliki sejarah, berarti mereka tidak lagi memiliki identitas, atau dalam bahasa kasarnya bisa dikatakan sebuah kaum atau bangsa haram yang tidak punya asal usul.

Aceh adalah sebuah kaum yang kaya akan nilai sejarah kegemilangan dan patriotisme dalam melawan simbol penjajahan atas kedaulatan atau agama. Sehingga banyak orang Aceh fasih dan mahir menceritakan rentetan sejarahnya. Tidak hanya itu saja, banyak mereka yang ingin mengulang sejarahnya yang gemilang. Namun sangat kita sayangkan hanya sedikit mereka yang mau menulis dan melesatarikan sejarahnya.

Kita boleh bangga akan sejarah masa lalu, kita boleh berjuang habis-habisan untuk mensetarakan derajat kita dengan pendahulu kita. Namun kita juga harus tahu, bahwa kita telah berdausa karena tidak menuliskan dan melestarikan sejarah yang kita miliki.

Hari ini banyak orang yang masih bisa hafal dan fasih bercerita tentang kegemilangan sejarah Aceh, hari ini masih ada orang mau berjuang untuk menyambung sejarah yang terputus. Namun 50 atau bahkan 100 tahun yang akan datang bukan tidak mungkin Aceh akan dikenang hanya dengan bangsa yang pernah dihantam gelombang tsunami yang maha dahsyat, karena itulah yang ditulis dan tercatat dalam sejarah dunia.

Sudah saatnya pemerintah Aceh mengalokasi dana yang lebih besar untuk menggali sejarah yang masih terkubur dalam cerita-cerita rakyat.

Tidak cuma hanya merasa bangga ketika ada orang asing menulis sejarah kita, seakan-seakan sejarah Aceh sangat dikagumi di pentas intenasional. Orang Aceh harus menggoreskan sejarahnya sendiri, tidak menunggu uluran tangan orang lain. Bila perlu riset-riset tentang sejarah harus lebih dipopulerkan, tentunya dengan penganggaran dana yang lebih besar, sehingga pengkajian sejarah bisa dilakukan lebih dalam dengan data dan fakta yang lebih autentik, sehingga tulisan yang dihasilkan bisa dipertanggung jawabkan.

Selain ditulis, sejarah juga harus dipopulerkan. Kita bisa liat generasi muda Aceh sekarang lebih tahu cerita Konan ketimbang cerita tentang Tgk. Umar. Mereka lebih fasih menceritakan Senetron, ketimbang menceritakan tentang Cut Nyak Dhien. Untuk itu sejarah harus dipopulerkan melalui tulisan-tulisan yang menyenangkan dan mudah dipahami, terutama anak-anak, karena merekalah generasi Aceh masa depan.

Saatnya orang Aceh harus lebih banyak menulis cerita-cerita anak yang berdimensikan jiwa kejujuran, nasionalisme dan patriotisme pendahulu kita dalam membangun kejayaan Aceh. Sehingga jiwa generasi muda Aceh tidak dikerdilkan oleh ketakutan dan apatisme yang dihasilkan oleh konflik panjang.

Ketokohan para endatu harus menjadi inspirasi untuk mengulangi kegemilangan Aceh masa lalu. Sejarah bukan hanya untuk diingat dan dibaggakan, tapi sejarah harus diulang. Mengulang sejarah tidak dilakukan dengan menghayal, tapi dengan kerja keras, untuk membuktikan bahwa orang Aceh memang pantas dibanggakan.

Aiyub Ilyas Adalah aktivis World Achehnese Association, Mahasiswa Master Kesehatan Jiwa HUC Norwegia
Previous Post Next Post