![]() |
Aiyub Ilyas Mahasiswa HUC Norwegia, Aktivis World Achehnese Association (Penulis) dua dari kanan bergambar di Menarra Eiffel Paris [Foto/Dok/Pribadi]. |
WAA - Senin 10/01/2011, Paris Kota Wisata Dua Dunia
Siapa tidak kenal dengan kota Paris sebagai kota mode dunia yang sering menjadi aikon cinta dan romantisme kaula muda diseluruh dunia. Ibarat dara cantik yang siap memikat para perjaka yang tertegun memandang kemolekan dan keindahan panorama yang dimilikinya. Sungai Seine yang membelah kota paris mengingatkan kita akan krung Aceh yang membelah kota Banda Aceh. Dikanan kiri serta ditengah berdiri karya-karya monumental umat manusia dari abat ke abad yang terus dipertahankan dan terawat dengan rapi seakan ingin melambai kita dengan senyuman manis sambil berucap, lihatlah wajah ku, wajah tua yang dipoles dengan manis tetap memiliki daya tarik yang membuat kalian dibelahan benua manapun bermimpi menggapai asa ingin melihat wajah molekku.
Lihat saja betapa terkenalnya menara Eiffel yang sering digelamorkan sebagai tempat paling romantis di dunia. Sampai-sampai film ”Paris in Love” dan ”From Paris with Love” telah melengkapi romantisme kota ini. Sehingga tidak mengherankan para kaula muda yang berduit menguras kocek, hanya ingin mengucapkan cinta pada pasangannya dibawah menara tersebut. Bukan cuma di zaman moderen, sekaliber Adolf Hitler pun terkagum-kagum melihat kemolekan kota Paris dalam serangkaian kunjungan wisata kaum Nazi tahun 1940. Dia pun turut berpose didepan Eiffel seakan menjadi bukti telah menyibak selendang manis putri Paris nan cantik jelita. Kalau kita mau jujur, sebenarnya Eiffel hanya biasa-biasa saja, tapi telah mampu disulap menjadi aikon romantisme dunia.
Sangkin terkenalnya dunia seakan menjadi kecil ketika kita menginjakkan kaki di kota Paris. Dengan mudah kita bisa menemukan orang Indonesia dan Malaysia di berbagai objek wisata di kota paris, padahal orang bilang bahwa dunia tidak selebar daun kelor. Untuk mengenjot wisatawan pemerintah Paris mungucurkan trilyunan dollar untuk membangun infra struktur pendukung sehingga para wisatawan merasa nyaman dan aman berlama-lama di kota ini. Tidaka hanya kaum berduit mereka yang pas-pasan pun punya kesempatan menikmati moleknya paras Paris. Kenapa tidak mulai dari pesawat murah seperti easy jet dan ryan air dari berbagai negara Eropa setia melayani rute ini. Masalah penginapan, tentu tersedia banyak hostel-hostel murah untuk kaum back packer yang mudah dijamah. Kunjungan singkat satu, dua hari telah mampu mengaduk-aduk seluruh kota Paris. Transportasi menjadi penopang utama kenyamanan wisatawan. Untuk tiket pun tidak perlu pusing karena kita bisa beli paket sesuai jumlah hari yang diinginkan dan kita sudah bisa menggunakan semua jenis kenderaan umum yang ada, kecuali taxi.
Sampai-sampai peulis pernah berfikir inilah kota dua dunia. Bagaimana tidak, dalam sekejab orang ramai di jalanan, tapi kemudian hilang lenyap entah kemana. Bukan sihir bukan sulap, tapi dibawah tanah terdapat kehidupan seperti layaknya kita menonton film kura-kura ninja. Puluhan jalur transportasi kereta api dan metro siap melayani kemanapun tujuan kita, inilah bukti banyak jalan menuju roma. Di jalanan puluhan bus hilir mudik pada jalur bus way yang melaju tertip tanpa kemacetan, karena semua mematuhi peraturan. Jakarta yang merasa kewalahan dan frustasi menangani kemacetan, maka Paris berbisik ada lagi yang mau kemari, siapa takut. Pada jalur-jalur sibuk seperti menuju Eiffel metro pun dibuat dua tingkat sehingga selalu tersedia tempat duduk bagi pengguna. Berdiripun sebenarnya tidak masalah karena waktu tempuh yang dalam hitungan menit. Masyarakat Paris pun seakan telah bersepakat untuk memuaskan tamu mereka, sehingga mereka siap menamppung pertanyaan tetek bengek para wisatawan. Kadang tanpa bertanya, karena kita bingung mereka langsung menyapa. Tidak bisa bahasa inggris, bahasa insyaratpun digunakan untuk melayani wisatawan. Ini pula yang mungkin membuat para wisatawan merasa nyaman dan ingin kebali.
Dari tulisan ini penulis ingin membuka mata kita bahwa dunia wisata bukan hanya dunia brosur dan iklan. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau intansi terkait. Tapi dunia yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Pemerintah harus berani berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur pendukung, seperti sarana transportasi yang aman dan nyaman, yang diikuti sikap manis masyarakat untuk selalu mebuat nyaman dan tidak menjengkelkan wisatawan. Sehingga untuk menyambut tahun kunjugan wisata Aceh 2011, sudah selayaknya pemerintah Aceh berbenah untuk menjual paket-paket menarik, seperti menjadikan aikon tsunami sebagai pengganti Eiffelnya Paris adalah pemikiran yang brilian, yang diramu dengan pagelaran budaya dan pembenahan situs sejarah dengan segala sisi enrtaimentnya, sehingga memiliki nilai jual. Soal alam kita punya segalanya, tapi pada tahap awal kita masih kalah saing dengan Bali. Bila perlu ada bulan kunjugan budaya sebagai daya tarik yang menarik dipikirkan. Taman Ratusafiatudin jangan lagi dibiarkan hanya tempat tidur para Satpam penjaga sementara APBA dan APBK terus mengalir untuk renovasi, tapi harus difungsikan sebagai tempat pagelaran seni dan wisata souvenir. Singkatnya dalam dunia parawisata: juallah paket menarik, kemas lebih menarik, disajikan dengan pelayanan yang menarik dilengkapi sarana pendukung yang menarik dengan promosi yang menarik, pasti wisatawan akan tertarik.
Aiyub Ilyas adalah Mahasiswa HUC Norwegia, Aktivis World Achehnese Association