![]() |
Masyarakat Aceh Denmark bergambar di luar gedung (dalam suasana salju) pada hari peringatan ulang tahun bangsa Aceh yang ke 34 (4 December 2010) di Fjerritslev – Denmark[Foto/Suhadi/WAA].
WAA – Sabtu 04/12/2010, Pesan Masyarakat Aceh di Denmark Pada Acara 4 Desember 2010
Saudara saya (syedara lon) , setiap tahun kita memperingati 4 Desember 1976 sebagai hari dimana sejarah baru Aceh dimulai. Hari dimana Aceh menyatakan dirinya kembali sebagai bangsa yang berdaulat, sebagai bangsa yang memiliki identitas politik dan budaya. Sebagai bangsa yang pernah besar dan insya Allah akan selalu jaya di masa yang akan datang.
4 desember bukan hanya sekedar tanggal dan hari, tapi adalah moment ketika Aceh mengikrarkan dirinya kepada dunia bahwa Aceh masih ada. Kita hadir disini untuk terus mejaga amanah sejarah bahwa perjuangan ini belum berhenti. Bahwa perjuangan ini belum berakhir. Bahwa cita cita 4 desember masih belum terwujud. Kita disini hadir untuk melanjutkan perjuangan dan cita cita itu. Kita disini untuk berjuang dengan cara-cara kita untuk mengembalikan kejayaan bumi endatu. Kita masih muda, jalan masih terbuka luas, dan kita lahir dari bangsa pejuang, yang tidak perñah dapat ditaklukan atau dijajah.
Saudara saya (syedara lon), Perjanjian damai Helsinki pada tahun 2005 bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi awal baru untuk kita berjuang dengan cara-cara damai. Janganlah kita menganggap bahwa self government akan secara otomatis membawa kejayaan. Tidak! jalan masih panjang. Kita tidak boleh lalai dengan uang receh (peng griek), kita tidak boleh lalai dengan jabatan-jabatan, kita tidak boleh lalai dengan politik yang dapat membuat perpecahan. Kondisi Aceh masihlah jauh dari sejahtera. Rakyat Aceh masih hidup dengan makan nasi dan garam, anak anak Aceh masih banyak yang bersekolah tanpa sepatu, tanpa seragam, tanpa buku, bahkan tanpa ruang relajar.
Saudara saya (syedara lon), di Aceh masih banyak orang-orang miskin dari bangsa kita yang harus menahan sakit bertahun-tahun, terbaring menderita karena tak ada biaya untuk ke dokter, tak ada biaya untuk pergi berobat. Menyedihkan. Kita lihat juga, masih banyak gampong – gampong di Aceh yang hidup seperti Eropa 700 tahun yang lalu, tanpa listirik, tanpa fasilitas umum yang memadai.
Aceh bukan bangsa miskin! Kita daerah kaya. Kita adalah daerah paling kaya. Tetapi kenapa banyak rakyat kita masih jadi pengemis? Kenapa banyak rakyat kita masih harus menderita penyakit dan tanpa mampu berobat? Kenapa banyak anak anak kita yang cerdas hanya mampu sekolah sampai SD atau SMP? Kenapa banyak anak-anak Aceh yang kurang gizi? Kenapa banyak sarjana kita yang hanya jadi pengangguran? Dan kenapa banyak uang kita yang jumlahnya triliunan harus dikembalika ke Jakarta?
Uang yang mengalir saat ini masih belum mampu membawa kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Uang triliunan hanya dinikmati oleh segelintir orang, termasuk oleh orang-orang yang dulunya berjuang untuk cita-cita 4 desember. Mungkin banyak dari saudara-saudara kita yang dulunya berjuang di hutan dan sekarang menikmati fasilitas berlebihan sehingga lupa akan cita-cita 4 desember. Menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan mereka bahwa apapun hasil perjuangan kita bukanlah untuk kita, tetapi harus dinikmati, dirasakan oleh masyarakat Aceh, oleh bangsa Aceh, bukan untuk kepentigan individu dan keluarga. Uang yang triliunan ini, bukan untuk membeli mobil mewah, bukan untuk menambah rumah, bukan untuk perhiasan isteri atau untuk menambah isteri. Uang ini untuk kesejahteraan rakyat, untuk bangsa Aceh.
Saudara saya (syedara lon), Denmark adalah tempat dimana kita tetap menjaga semangat 4 Desember, Denmark adalah tempat dimana kita hidup dan mencari nafkah tetapi Aceh adalah tempat dimana kita semua harus selalu berjuang. Untuk itulah kita ada di Danmark, untuk memberi sesuatu yang berarti bagi Aceh dan bangsanya.
Syedara lon, kita bangsa besar, bangsa pejuang. Mari kita jaga semangat dan cita – cita 4 desember. Semangat dan cita cita untuk membawa kemakmuran, harga diri dan kejayaan bagi Aceh.
Saudara saya (syedara lon), semasa berperang, Allah memberi kekuatan kepada para pejuang kita untuk berperang dan kita tidak pernah dijajah oleh musuh. Tetapi di masa damai, terkadang kita lupa diri, sehingga kita sering kali harus berkelahi dengan bangsa sendiri untuk hal-hal yang tidak penting, bahkan kita saling membunuh bangsa sendiri hanya karena alasan politik dan salah paham. Saat ini kita melihat begitu banyak perpecahan di dalam bangsa ini, bagaimana kita bisa maju dan meraih kejayaan jika kita tidak pernah bisa bekerja secara bersama. Masa depan yang lebih baik hanya bisa kita raih jika kita bisa berjalan bersama, bekerja sama, dan sama – sama bekerja.
Saudara saya (syedara lon), tetaplah bersatu. Hilangkan permusuhan dan sengketa. Jangan jadikan teman sebagi musuh hanya karena perbedaan pendapat karena 1 orang musuh adalah terlalu banyak, dan 1000 orang sahabat masih terlalu sedikit. Insya Allah, jika kita bersama, jalan kita akan lebih mudah, beban kita akan lebih ringan. Karena Aceh adalah milik kita bersama dan amanah dari cucu kita untuk dijaga.
Saudara saya (syedara lon), sekarang adalah saatnya kaum muda untuk mengambil peran lebih besar bagi Aceh. Kita tidak bisa terus membiarkan Aceh seperti ini. Kita harus selamatkan bangsa kita dari ketamakan, korupsi dan salah manajemen. Aceh akan terus tertinggal kalau kaum muda tidak mengambil peran labih banyak. Dan kita harus mulai semangat ini dari Denmark. Kita harus membantu kaum-kaum muda di Aceh menjadi pemimpin. Kita harus mendukung mereka. Insya Allah Aceh kan lebih baik, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau berusaha merubahnya sendiri. Kita harus berdiri paling depan untuk membawa perubahan bagi Aceh. Kita harus bekerja lebih keras untuk Aceh. Semoga Allah merahmati. Amin.
Wassalam,
Denmark, Sabtu 4 desember 2010
Zulkifli Yahya
Ketua Masyarakat Aceh di Denmark.