Si Jelata Bicara Kejujuran Dan Disiplin Bangsa

Aiyub Ilyas

WAARabu 13/01/2010, Cerita Oleh:  Aiyub Ilyas

Suatu hari Tgk. Leubey, Polem Badai dan Aman Buhak duduk di sebuah warung kopi. Sudah menjadi tradisi masyarakat Aceh minum kopi sambil berdiskusi banyak tentang isu-isu yang sedang hangat dibicarakan. Warung kopi sering menjadi tempat pertukaran informasi antar masyarakat di Aceh. Opini-opini yang berkembang dalam masyarakat bisa diukur dari topik yang dibicarakan dan didiskusikan masyarakat di warung kopi.

Asalamu’laikum Polem! bagaimana keadaan Polem?, masih kerja di dinas kebersihan?. Ya masih lah, mau kemana lagi kalau tidak disana, memangnya mau jadi bupati!, jadi tukang bersih jalan saja sudah lumanyan.

Tenang lah Polem, sahut Aman Buhak, nanti aku usulkan Polem jadi kepala dinas, tentunya kalau aku udah jadi bupati. Kamu ini enak Aman, kata Polem, baru dua tahun kerja, sudah jadi pengawas kebersihan. Lha…aku udah 5 tahun begini-begini terus. Kan aku sudah bilang sama Polem, di negara ini, tidak perlu rajin, yang penting pinter olah, semua bisa diatur.

Aku jadi pengawas, kan karena aku dekat sama kepala seksi yang kemarin jadi tim suksesnya pak bupati. 

Sudah lah Polem, kata Leubey, semua sudah diatur, kita mendapatkan rejeki sesuai kehendak yang diatas, yang penting usaha, jujur dan disiplin, pasti Tuhan akan memberi rezeki dalam bentuk yang lain.

Ya Leubey, saya sudah senang dengan keadaan seperti ini, ketimbang saya harus menjual harga diri hanya untuk sebuah jabatan, lebih baik jadi tukang sapu dan dapat rezeki halal.

Kamu hebat Polem, kata Leubey, coba kalau semua penjabat kita punya pandangan seperti Polem makmurlah negara ini.

Aman! aku baca di koran, kemarin banyak pegawai yang ditangkap karena berkeliaran di jalan, diapain ya mereka?, tanya Leubey. Ah…itu kan sandiwara, biar kelihatan ada kerjaan aja, tapi setelah itu dilepas lagi, cuma diberi peringatkan aja. Anehnya lagi Leubey, yang ketangkap seringnya yang rajin, yang malas ya ngak pernah ketangkap.

Gimana mau ketangkap orang dia jarang pergi kerja. Kalau saya ni Leubey, ngak akan pernah ditangkap, saya punya kawan Satpol PP, kalau mereka mau razia, pasti lah dia SMS saya.

Itulah kalau moral dan kejujuran tidak ada lagi dalam hati abdi negara, mereka hanya makan gaji buta, ke kantor cuma teken absen, baca koran, gosipin orang bahwa si A tidak benar, si B tidak benar.

Saya kadang pingin juga seperti mereka, tapi saya tidak sampai hati. Saya makan gaji, walaupun honor, maka saya harus betanggung jawab atas pekerjaan saya, kata Polem.

Ah…Polem ini, sikap seperti itu sudah kuno, kata Aman Buhak. Untuk apa kita yang cuma pegawai kecil mikir gituan, mereka yang pejabat aja, asyik ke luar kota menghabiskan uang dengan alasan tugas negara, tapi mana perubahan yang dibuat.

Tau mereka disiplin pegawai itu bisa ditegakkan dengan nangkap orang dan kasih peringatan. Pernah ngak mereka mikir gimana sistem supaya yang rajin dan jujur mendapat penghargaan dan yang malas itu mendapat hukuman.

Sekarang ini rajin tidak rajin, yang kerja keras atau pemalas gajinya sama, tunjangannya juga sama, jadi buat apa terlalu dipikirkan.

Jangan begitu lah Aman, kata Leubey. Kita kasihan sama rakyat, kapan pelayanan kepada mereka meningkat kalau kalian sebagai abdi negara dan abdi masyarakat memberi pelayanan yang tidak bagus. Ah…Leubey ini, mana ada pengaruh, aku yang cuma pengawas kebersihan mikir yang gituan, sementara para pejabat, di kepala mereka cuman ada proyek dan proyek.

Mending, kalau mereka mikir proyek dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lah..ini, mereka mikir bagai mana fee 10 % itu masuk kantong pribadi. Ngomong sih bisa ingin mensejahterakan rakyat, tapi rakyat yang mana?.

Ya, sudah lah, jangan selalu berburuk sangka, kata Leubey. Aku yakin masih banyak pejabat yang jujur. Ada sih Leubey, tapi kalau mereka jujur, tidak akan pernah jadi pejabat, sahut Aman Buhak.

Sekarang, untuk jadi pejabat harus ada uang dan koneksi, kalau cuman andalin kejujuran ngak laku lagi. Tapi kan, gubernur kita Tgk Irwandi mengadakan fit and proper test untuk mendapatkan pejabat-pejabat yang jujur, disiplin dan punya pemikiran bagus dalam memajukan Aceh, kata Leubey.

Mungkin mereka orang-orang baik dan pintar, tapi selama disamping mereka masih berkeliaran mafia yang siap mengoyang kedudukan mereka, tentunya kejujuran mereka akan dipertaruhkan demi jabatan mereka. Makanya saya pikir, kita butuh orang jujur dan punya keberanian.

Saya kadang senang dengan karakter pak Irwandi yang keras dan ceplas ceplos, tapi kita semua harus dukung dan dorong beliau untuk melibas para mafia dan koruptor. Bek na le lah pancuri tujoh dalam pemerintahan Aceh. Ya, kita berdo’alah semoga beliau diberikan kekuatan dan petunjuk untuk menjadikan Aceh lebih makmur dan bermartabat, sahut Leubey.

Kembali ke masalah disiplin, apa pendapat kamu Aman, supaya aparatur negara di Aceh ini bisa disiplin?, tanya Leubey. Menurut saya, ibarat mobil rusak, kita harus punya bengkel untuk memperbaiki mereka. Maksud kamu Aman?, tanya Leubey.

Pemerintah harus membuat sebuah balai pembinaan pegawai, semua pegawai yang kurang disiplin di rujuk ke sana untuk dibina. Yang paling penting sebagai hukuman, selama disana mereka jangan diberikan tunjangan prestasi kerja, seperti layaknya pegawai lainnya.
Gaji PNS dan tunjangan pokok sudah cukuplah. Tapi itu kan menyakitkan hati mereka, kata Leubey. Kenapa harus dipikir, mereka bekerja tidak disiplin, berarti mereka kan telah menyakiti hati rakyat, kok sudah diberi gaji, tapi tidak bekerja. Prinsipnya orang-orang seperti Polem inilah yang berhak mendapat tunjangan, cetus Aman Buhak.

Ok…lah Aman, ide kamu kayak pejabat aja, kata Leubey. Sebenarnya, pejabat itu pinter-pinter, wong kuliah mereka aja banyak diluar negeri atau minimal di luar Aceh, udah pada S2 dan S3 lagi. Tapi ya mereka pura-pura bodoh, atau dibodohin oleh uang dan jabatan, jawab Aman Buhak.

Lalu bagaimana pendapat kamu supaya orang-orang jujur itu bisa menjadi pejabat?, tanya Leubey. Itu penting Leubey, sudah lama para pancuri tujoh yang jadi pejabat.

Bayangkan saja, mana ada gaji pegawai negeri yang mampu membuat rumah dengan harga milyaran, naik mobil gonta-ganti, punya usaha ini usaha dan itu, wong bapaknya aja dulu petani. Kalau kita kaji lebih jauh Leubey, waktu kuliah dulu mereka cuma peke sepeda ke kampus. Tiba-tiba kaya mendadak, dari mana uang itu kalau bukan nyolong.

Kamu bawaannya curiga aja, pertanyaan ku belum kamu jawab, kata Leubey. Mudah Leubey, cari aja orang-orang pinter yang track recordnya bagus, bukan karena balas budi, atau karena uang pelicin.

Angkat mereka sebagai pejabat, beri hak penuh bagi mereka untuk memilih sendiri pembantu-pembantunya, jangan ada intervensi. Karena kalau ada intervensi, biasanya kreuh bhan keu ngen bhan likot, masak lebih hebat bawahan dengan atasan.

Yang paling penting lagi, kepala daerah harus memberi target kepada mereka, bila  tidak tercapai harus langsung diganti, sehingga akan mejadi pelajaran.

Kita masyarakat juga harus ingat, kalau kita mengharap pejabat untuk jujur, maka kita sebagai masyarakat harus jujur. Jangan ada lagi maling teriak maling lah, Leubey.

Tidak terasa sudah 1 jam kita diskusi, kata Polem. Saya mau pamit dulu, karena harus ke pasar beli ikan.

Saya juga mau pulang Polem, sahut Leubey, Sampai jumpa lah, kapan-kapan kita diskusi lagi. Ok…lah Aman, ide kamu memang bagus, tapi mulai dari diri sendiri dulu lah, seperti katamu tadi. Ok…lah Leubey, mudah-mudahan , kalau masih ingat.

Aiyub Ilyas Adalah aktivis World Achehnese Association, Mahasiswa Master Kesehatan Jiwa HUC Norwegia
Previous Post Next Post