Gambar sumber kompasiana.com |
WAA - Aceh Development International Conference (ADIC 2012), di Senate Hall Rectory Building International Islamic University Malaysia, pada tanggal 27 Maret 2012 pada pukul 05.15 waktu Malaysia secara resmi ditutup oleh Prof. Dr. Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid selaku President of Aceh Club, yang diikuti oleh 254 orang peserta dari berbagai kalangan akademisi di nusantara.
Hafas Furqani, M.Ec selaku Steering Committee mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah menyukseskan acara ADIC 2012 baik sebagai peserta dan presenter, dan Alhamdulillah dari konferensi ini banyak paper ilmiah yang dilakukan untuk pembangunan aceh yang berkelanjutan yang disatukan dalam bentuk proceeding (buku). Laporan dari Dr. Muhammad Iqbal bin Mokhtar selaku ketua editor paper riset, yang mengirim ke panitia sebanyak = 150 papers, dan diterima sebanyak = 125 papers. Pengirim dari beberapa Negara yaitu; Indonesia, Malaysia, Pakistan, Brunei Darussalam, India, Australia, Saudi Arabia, Egypt, Iran and Denmark. Mereka tahu tentang konferensi adalah dari situs internet www.adic2012.yolasite.com, ada teman mereka yang orang aceh dan ada yang berminat tentang Aceh dengan 15 bidang penelitian. Adapun beberapa rekomendasi dari ADIC 2012 adalah:
- Alqur-an menjadi pilar dan sumber semangat pembangunan Aceh.
- Pembangunan aceh mesti memperhatikan nilai-nilai penting, kebijaksanaan daerah dan tradisi kehidupan yang telah terbukti sebagai faktor kunci kegemilangan Aceh.
- Pembangunan Aceh mesti mengikuti petunujk yang diberikan oleh Sultan Mughaytastyah, pada 23 July 1507 melalui prinsip yang dikenal sebagai Aceh Code.
- Pembangunan berdasarkan kepada kebijakan syariat Islam mesti diimplementasikan di Aceh dalam rangka meningkatkan efisiensi sumber kekayaan alam Aceh dan mengembangkan secara ekonomi, sosial dan politik.
- Semangat pembangunan di Aceh, memerlukan pemimpin yang kuat, kompeten dan visioner. Konferensi menyarankan definisi dari seorang pemimpin seharusnya didefinisikan ulang “Pemimpin adalah yang mampu memecahkan masalah” merupakan definisi dari seorang pemimpin Aceh.
- Pengembangan inventaris dan data informasi tentang semua permasalahan dalam aspek pembangunan aceh untuk memahami permasalahan dan menemukan jalan keluar melalui kerjasama dengan semua stakeholders.
- Resolusi dari konferensi yang dahulu dan sekarang mesti digabungkan dan dipelajari untuk ditindaklanjuti untuk pembangunan Aceh.
- Menterjemahkan literature-literatur yang relevan dengan pembangunan aceh dari bahasa asing kepada bahasa nasional dan menyediakan terbitan online literature tersebut diperpustakaan.
- Menyarankan kepada stakeholders untuk membuat studi banding yang komprehensif untuk mendapatkan rumusan yang sesuai untuk membangun sektor pendidikan di Aceh termasuk pembaharuan institusi Dayah.
- Sistem Keuangan dan Perbankan Islam mesti diimplementasikan di Aceh untuk mendorong pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini mesti melibatkan tiga sector pembangunan khususnya zakat dan waqaf.
- Merangsang penggunaan teknologi maju untuk meningkatkan pembangunan Aceh dalam berbagai sektor.
- Memelihara budaya entrepreneur yang dapat memacu pembangunan Aceh dari bagai sektor yang potensial seperti pariwisata, industri pertanian, industri rumah tangga dan sebagainya. Yang telah diabaikan pada masa yang lalu.
- Menciptakan hubungan kerjasama antara universitas, pemerintahan, sektor swasta dan NGO untuk merencanakan program pembangunan dan kebijakan public lainnya.
Tertanda, Zulhilmi Zulkifli Sekretaris Panitia ADIC 2012