Rindu Pulang Aceh Hanya Tiba di Malaysia


Suhadi (dua dari kiri) Bergamabar di Putra Jaya -Malaysia
Bersama Famliy, 28 Maret 2009.[Foto Suhadi/Waa].
WAA  – Kamis 14/05/2009
Aceh ke Malaysia
DENMARK - Aceh adalah tempat saya di lahirkan, saya amat merindui keluarga, sanak seudara, gampong halaman dan teman-teman serta handai toulan yang sudah lama saya tinggalkan, namun hingga saat ini saya belum kunjung tiba di tanah yang amat saya cintai ungkap Suhadi yang menceritakan kisah perjalannya ke Malaysia pada penulis.
Mengenang kisah kepergian saya meninggalkan Aceh suatu hari dahulu adalah sesuatu yang tak bisa dilupakan. Minngu 23 Maret 2003 saya berangkat melalui sebuah pelabuhan di Sumatra menuju Malaysia, di Aceh waktu itu masih riuh dengan suara rentetan senjata, sebuah lembaga internasional Henry Dunant Center (HDC) kala itu sedang berada di Aceh, mereka merupakan salah satu lembaga yang bekerja untuk meciptakan perdamian Aceh, tapi perang tetap tak reda, rakyat sipil terus tersiksa dan mati tidak ada yang mengaku siapa pelakunya.
Beberapa bulan saya di Malaysia sebuah kabar menyakitkan kembali terdengar, Darurat Militer (DM) di umumkan oleh Pemerintah Indonesia (RI) untuk Aceh, media-media di Malaysia turut menjadikan berita tersebut sebagai tajuk utama mereka.
Tidak dapat di bayangkan apa yang akan terjadi besok, lusa dan seterusnya setelah DM di umumkan. Saya sudah selamat dari DM tapi bagaimana dengan masyarakat Aceh lainnya,yang sudah dipagar dengan ranjau oleh hukum militer.
Selepas saja berita Darurat Militer (DM) tersebar, Aceh menjadi lahan pembantaian, pembunuhan dan penghilangan segala hak yang sepaptutnya di miliki oleh manusia.
Sepengetahuan saya hingga saat ini belum ada keadilan terhadap para korban kekerasan di Aceh, entah mengapa, entah apa alasannya, sehingga para pelaku kejahatan tidak di adili di mahkamah/pengadilan, sekalipun pemerintah Aceh saat ini di bentuk dari hasil sejumlah pengorbanan rakyat.
Malaysia ke Denmark
Jumat 25 Februri 2005 dengan sebuah kapal saya di berangkatkan menuju destination, sebuah negara di Scandinavia yaitu Denmark. Segala kisah dan kenangan serta rasa cinta pada tanoeh Endatu terbang bersama saya ke sebuah negara empat (4) musim.
Alhamdulillah, sebuah negara yang di huni oleh manyoeritas orang Kristen ternyata tetap memiliki rasa kemanusian yang tidak ada bedanya. Mereka mengambil saya, bahkan ratusan orang Aceh lainnya untuk di selamatkan dari kekejaman dan pembantaian etnis Aceh yang di lakukan oleh pemerintah Indonesia.
Lebih kurang Empat tahun saya menetap di Denmark, rasa ingin pulang ke Aceh semakin memuncak. Tapi atas berbagai pertimbangan, cinta memijak kembali bumi Iskandar Muda terpaksa di leburkan dahulu.
Denmark ke Malaysia
Pada Juli 2002 semasih di kampung, saya telahpun meminang seorang gadis yang saya cintai, untuk suatu hari menjadi isteri saya. Untuk tujuan itu Selasa 10 maret 2009, melalui Norweygia saya terbang bersama KLM (Royal Dutch Airlines) dan tiba di Malaysia pada rabu 11 Maret 2009.
Negara Malaysia menjadi tempat saya bertemu dengan beberapa family saya yang tiba dari Aceh, tak ketinggalan kekasih yang sudah lama saya tinggalkan, ikut serta bersama family saya, di sana tentunya untuk mempurkukuh ikatan yang telah kami bina sejak beberapa tahun.
Untuk pengetahuan kita, Malaysia punya undang-undang tersendiri bagi orang asing yang ingin menikah di sana. Jika calen suami dan calen isteri kedua duanya orang asing ingin menikah di negara melayu itu, syarat yang ketat di kenakan, yaitu salah seorang di antara mereka harus menetap di negara itu minimal 90 hari.
Sulit sekali bagi orang muslem terutama untuk orang asing bagi yang ingin nikah di Malaysia, sekalipun semua syarat lain yang di butuhkan untuk akad nikah menurut islam sudah dilenkapi, jika syarat menetap di Malaysia 90 hari tidak di penuhi, tetap saja tak bisa nikah.
Akhirnya sekalipun saya tidak ke Aceh, namun saya sempat menemui ramai sekali orang Aceh di Malaysia, apa lagi waktu itu sedang bulan moulid, jadi rasa rindu kampong halaman tentunya sudah sedikit terobati. Mudahan saja ke depan saya bisa sampai di Aceh
Di tulis oleh : Tarmizi Age Aktifis World Achehnese Association (WAA)
Previous Post Next Post