Tapeunyum Damee

Teuku Maimun Umar [Foto/Doc/WAA].

WAA  – Minggu 22/11/2009 Oleh: Sekretariat WAA

Aceh - Tapeunyum Damee adalah sebuah tulisan hasil karya T. Maimun T. Umar yang di kirim untuk ikut serta dalam sayembara menulis yang di adakan oleh World Achehnese Associaton untuk tahun 2009. Tulisan Tapeunyum Damee terpilih menduduki urutan “Awad Diplom to the second winner” Juara II (Penghargaan dari WAA).

Siapa T. Maimun T. Umar
Entah apa yang mendorong saya untuk menjadi seorang jurnalis seperti sekarang ini. Mengingat latar belakang baik dari orang tua dan sanak tidak ada yang jurnalis dan bahkan pendidikan saya juga bukan jurnalis. Saya lahir di Banda Aceh namun Asal orang tua dari Tringgadeng, Pidie .

Sambil sekolah saya membantu orang tua berjualan rempah-rempah dan beras sejak saya berumur 14 tahun . Karena sering bergelut dengan beras dan terkadang tidurpun di atas goni beras, maka saya sangat kenal sekali dengan jenis jenis beras waktu itu.

Saya menamatkan sekolah di ekonomi Unsyiah pada tahun 1991 dan dengan desakan teman, melamar di TVRI Banda Aceh. Penerimaan Awal saya sebagai Penyiar dan berselang tiga tahun saya mulai terjun di bagian Peliputan berita. Berbagai peliputan mulai dari berita ringan sampai berita menantang harus saya lakukan . termasuk di saat konflik yang sangat menengangkan, baik dalam melakukan peliputan maupun saat berita di tayangkan .

Memang banyak yang memberi kesan dalam kegitan peliputan berita malah yang paling konyol hampir tidak bernyawa tenggelam di sungai yang mati di kawasan pango, Banda Aceh. Kalau dicerita memang sangat konyol dan geli bila diingat kembali .

Waktu itu tahun 2000 ada kegiatan peliputan  peternakan ayam rakyat di kawasan pango banda aceh .  pihak dinas peternakan Aceh membawa kami dari Jalan T. Iskandar seputar Beurawe dan masuk ke daerah Pangoe serta memarkirkan kenderaan dipinggir sungai.

Saya sempat bertanya kenapa harus lewat sungai dan apakah tidak ada jalan menuju keseberang. ? Salah seorang pegawai peternakan mengatakan jalan ada tetapi sangat rusak dan lebih nyaman naik rakit.Tampa pikir panjang dan saya pun suka dengan situasi seperti ini langsung melanglahkan kaki ke rakit kecil yang di tarik dengan tali .

Rakit kecil seharusnya daya muat 4 (Empat) orang tetapi dipaksa menyebrangkan 10 orang membuat rakit oleng.Tidak lama rakit terguling dan kami semua kejebur kesungai . tidak tau berapa liter air sungai yang kotor masuk ke perut akhirnya kami semua selamat dengan lemas menggantung di pinggir rakit dan di tarik ke darat .

lika liku perjalanan peliputan memang ada yang menyenangkan dan ada yang membuat jantung ini berdebar, tetapi kepuasan bila semua itu mampu kita jalani dengan baik dan membuakanh hasil liputan yang bisa menjadi informasi bagi banyak orang .

Tapeunyum Damee

Oleh: T. Maimun T. Umar

Damai  sebuah kata yang mengadung  hakekat  ketenangan dari sisi bathiniah dan sangat nyaman di rasakan. Kata itulah yang menjadi sangat berharga bagi insan terutama di negeri Aceh .

Udara damai baru saja dinikmati anak negeri yang jauh sebelumnya di hantui dengan rasa tajut dan kegelisahan. Memang sedikit aneh bila dizaman yang sudah menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan tapi masih membelenggu masyarakatnya untuk dapat hidup tentram.

Menoleh sedikit kebelakang dengan fenomena konflik yang mendera Nanggroe tercinta berbilang puluhan tahun. Ada perlakauan yang tidak adil bagi daerah Aceh masa itu dengan keterbelakangan yang menjadi buahnya .Berontak dan minta sedikit kepedulian adalah sebuah fenomena yang harus di tanggung sebagai realita penderitaan .

Nilai-nilai kepantasan dan estetika menjadi pudar dan rabun untuk di terjemahkan .Yang ada nafsu mempertunjukkan ke Akuan menerjang tatanan yang seharusnya di junjung tinggi bersama . 

Jika kita berbicara tujuan dari berbagai kebijakan negara kita adalah untuk kemaslahatan dan kemakmuran bagi rakyatnya . Toh (saya pinjam kata dari teman pulau seberang) tujuan untuk mencapai kemakmuran itu banyak caranya ?. Kita ambil saja contoh dari tujuan secara hitung hitungan atau matematika . jika seorang guru minta murid untuk menunjukkan cara mendapatkan angka 12 , maka tentunya berbagai variabel dapat di gunakan termasuk metode apa yang digunakan, ditambah, kirang, bagi atau kali bahkan dapat pula secara akar . tujuan semua sama mencapai angka 12 .

Kita kembali pada konsep awal untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat tentu saja ada beribu cara untuk meraihnya. Tampaknya perlu sedikit inprovisasi untuk dapat menerjemahkan kemakmuran yang mengandung dimensi ke rakyatan bukannya kemakmuran bagi penguasa atau segelintir masyarakat tertentu .

Udara damai merupakan modal utama untuk kejernihan dalam mengapresiasikan ide dan konsep guna raih kemajuan dan entaskan keterbelakangan. Jangan ada lagi rasa ego yang berlebihan dan berbagai fenomena kemajuan dapat kita ikuti dari bentangan negara lain yang sudah duluan maju. Keikhlasan adalah kunci untuk sebuah kemajuan dan masyarakat Aceh harus kembali ke hakekat awal sebagai pembawa pembaharu di negeri ini bahkan di belahan Asia.

Juyulukan Aceh sebagai daerah modal perlu di resapi dan sudah sewajarnya  pengakuan Aceh sebagai daerah Modal kini masanya untuk menerima untung dari modal yang diberikan. Mari bangun dan sadar akan potensi besar dimiliki daerah dan rakyat Aceh untuk bangkit dan maju. Orang Aceh bukanlah orang yang mudah menyarah dan hanya mengharap belas kasih dari orang lain dengan menengadah tangan minta bantuan.

Kejernihan pikiran bisa di bangkitkan kembali terlebih energi yang tersedot selama ini selama konflik bisa di alihkan untuk berfikir yang lebih positif untuk bangikitkan Aceh kedepan. Pandang Aceh bukan hanya memandang wilayah yang terbentang dari ujung pulau weh hingga perbatasan sumatera utara. Tetapi pandanglah Aceh dengan jiwa dan semangat dari keragaman etnik di dalam Aceh sendiri .

Ada nuansa kepentingan yang sama untuk bangun negeri ini kendati antara belahan Aceh memiliki kultur dan budaya yang sedikit berbeda. Konflik besar memang telah reda tetapi jangan lagi kita terbelenggu dengan konflik internal . Aceh memiliki berbagai corak suku yang mendiaminya , ada suku Aceh , gayo, alas , aneuk jamee dan sejumlah suku lainnya di singkil, dan seumelue .

Kebersamaan untuk menancapkan cita cita dengan tidak mengenyampingkan adat dan budaya setempat,  perjalanan tuk bangun daerah akan lebih indah . Praktek keserakahan yang menjurus pada tidak meratanya pembangunan di nusantara menjadi contoh untuk tidak di terjemahkan di bumi Aceh . Pada dasarnya kita membenci itu dan sudah sewajarnya untuk tidak menjadi panutan.

Wilayah Aceh harus sama-sama maju sehingga tidak kita jumpai ketimpangan dalam pembangunan . Kita tentunya tidak hanya bangga daerah ibukota Aceh saja yang maju pesat sementara daerah di kabupaten  kurang tersentuh. Jika selama ini konflik yangmenjadi alasan utama untuk sulit berbuat dalam konteks pembangunan tentu saja alasan tersebut tidak relevan lagi .

Pecepatan pemabngunan yang menyentuh langsung pada masyarakat untuk kemakmuran sudah semestinya di priorotaskan . Anggaran yang dapat dikatakan besar bila dibandingkan dengan anggaran di daerah lain di nusantara dapat menjadi faktor utama bagi Aceh untuk bangkit dan maju .

Aceh yang dulunya dikenal  sebagai salah satu Kerajaan besar Islam dunia  bukanlah hal yang msutahil akan terulang kembali tentunya dalam demensi yang berbeda. Ikhtiar seluruh komponen masyarakat Aceh dengan berpegang teguh pada nila nilai keluhuran disertai do’a insyaallah Aceh akan di thee (dikenal) kembali. Amin

T. Maimun T. Umar adalah Jurnalis  TVRI Banda Aceh
Previous Post Next Post